Adsense Indonesia

Minggu, 14 Juli 2013

Cara Cepat Menulis Novel

Inilah Cara Menulis Novel Dengan Cepat!


speeedApakah Anda mengalami kesulitan menyelesaikan novel Anda? Mandeg menulis karena kurangnya inspirasi? Terlalu sibuk sehingga novel Anda terbengkalai? Tidak tahu cara cepat menulis novel? Berikut ini adalah cara menulis novel dengan cepat. Ini adalah panduan menulis novel dengan lancar. Dengan mengikutinya Anda akan tahu bagaimana cara menulis novel yang baik dan benar. Selamat membaca…

  1. Tetapkan goal
Menulis novel tanpa goal (sasaran) seperti lomba lari tanpa garis finis. Kita akan kecapean karena harus lari terus menerus tanpa tahu apa yang ingin kita raih. Atau kita jadi malas lari karena tidak ada yang harus diperjuangkan. Begitu juga dalam menulis novel. Bila tanpa sasaran atau target maka Anda akan kecapean sendiri dan putus asa dengan novel Anda. Apakah Anda pernah merasakannya?
Bagaimana cara menetapkan goal?
Ini dia kata kuncinya: Lihat garis finishnya.
Kumpulkan tenaga. Fokus dan “berlarilah” secepat mungkin.
Mari saya jelaskan panduan menulis novel: mengkrucutkan target berikut ini.
  1. Tetapakan jumlah halaman yang ingin Anda tulis. Misalnya Anda ingin menulis 200 halaman novel.
  2. Tetapkan targer pengerjaannya. Misalnya Anda ingin menyelesaikan novel dalam enam bulan.
  3. Tetapkan target jangka pendek. Mari kita hitung-hitungan atau kita rincikan target menulis novel jangka pendek. Bila jumlah halaman yang Anda targetkan 200 halaman dan jumlah bulan pengerjaan selama 6 bulan maka bagikan saja jumlah halaman dan jumlah bulan. Hasilnya adalah jumlah halaman yang harus Anda tulis dalam  satu bulan:
200 halaman/6 bulan =  33 halaman dalam 1 bulan.
Turunkan lagi target jangka pendek itu menjadi target mingguan.
33 halaman/ 4 minggu = 8, 25 halaman dalam 1 minggu
Turunkan lagi target mingguan menjadi target harian.
8,25 halaman/ 7 hari = 1,1 halaman dalam 1 hari.
Jadi, Anda harus mengetik satu halaman lebih untuk dapat menyelesaikan 8 halaman dalam seminggu. Anda harus mengetik 33 halaman novel dalam sebulan untuk Menyelesaikan seluruh novel Anda dalam 6 bulan.
Ya, untuk menyelesaikan novel dengan cepat, Anda harus menetapkan target yang jelas. Dan jangan lupa, Anda harus mengerjakan apa yang telah Anda rencanakan. Intinya adalah konsisten.
  1. Konsisten
Konsisten artinya terus-menerus. Konsisten artinya tetap tidak berupah-ubah. Konsisten artinya selaras, lurus tidak bengkok. Konsisten dalam istilah Islam adalah istiqomah.
Anda harus konsisten. Ambillah tindakan yang sesuai. Tidak ada kesuksesan tanpa konsistensi. Konsisten itu seperti air menetes batu keras di dalam gua. Biar sedikit tapi rutin. Lama-lama batu yang keras berlubang juga. Anda harus selaras dengan apa yang telah Anda putuskan.
Anda harus mengokohkan hati untuk selalu taat pada target bulanan, target mingguan, dan target harian menulis novel Anda. Bila tidak, maka Anda tidak akan memuaskan hati Anda sendiri. Bila tidak, maka Anda akan mengecewakan diri Anda sendiri.
Coba bayangkan, ketika orang lain menjanjikan sesuatu kepada Anda namun dia tidak menepatinya. Bagaimana perasaan Anda. Kecewa, kan? Begitu juga bila Anda menjanjikan target menulis novel dalam waktu sekian bulan dan ternyata Anda tidak menepatinya. Bagaimana perasaan Anda. Apakah kecewa?
Bila Anda merasa kecewa, itu bagus karena itu adalah ciri orang yang siap memperbaiki diri. Namun bila Anda cuek dan abai terhadap target Anda, ini tanda bahaya! Karena Anda sedang berada pada proses mengendorkan kepercayaan diri. Semakin sering Anda ingkar terhadap diri Anda maka lama-lama keyakinan terhadap diri Anda akan sirna. Bila keyakinan sirna, maka dengan mudah Anda menelantarkan novel kesayangan Anda itu begitu saja.
Sekali-kali janganlah begitu…
Tetapkanlah target dan konsistenlah Anda! Bila Anda betul-betul cinta dan sayang sama novel Anda, konsistenlah! Maka Anda akan melihat hasil positif di belakang hari. Bila Anda belajar konsisten dari sekarang, maka Anda akan tahu teknik menulis novel dengan baik.
Bila Anda konsisten, maka Anda akan melihat kedisiplinan tumbuh dalam diri Anda. Anda akan merasakan kepercayaan diri yang besar. Ketika Anda berjanji pada diri dan menepatinya, maka rasa percaya diri (Pede) dalam diri Anda akan tumbuh berkembang. Anda akan berkata pada diri sendiri, “Diriku, kamu benar-benar teman yang dapat dipercaya. Terima kasih, ya.”
Anda harus bangga punya teman yang dapat dipercaya dan harus lebih bangga lagi bila memiliki diri yang dapat dipercaya. Sepakat?
So, konsisten, bro. Konsisten!
Catatan: Belajar konsisten sangat bagus bagi Anda yang baru belajar menulis novel dengan baik dan benar.
  1. Yakin
Anda harus memiliki keyakinan. Bila Anda yakin novel Anda akan selesai, maka keyakinan Anda itu akan menggerakkan jiwa dan raga Anda untuk menyelesaikannya dan bahkan Anda akan mengaktifkan dukungan dari apa saja yang ada disekitar Anda. Baik itu teman, keluarga, dan bahkan buku dan pena Anda sendiri akan mendukung Anda. Dan novel kesayangan Anda akan selesai sesuai target, mudah-mudahan.
Keyakinan Anda itu akan bergaung kuat ke sekitar Anda. Seperti melemparkan bola ke dinding. Semakin kuat Anda melemparkan bola semakin cepat pula bola kembali ke Anda. Semakin kuat keyakinan Anda maka semakin kuat pula dukungan datang kepada Anda, dari segala arah. Dari arah yang tak terduga. Percayalah!
Bagaiman cara menumbuhkan keyakinan?
Bayangkan bahwa Anda akan membuat sebuah novel. Walaupun Anda belum menyelesaikannya, baru menulis satu dua lembar namun anda harus yakin.  Bayangkanlah novel Anda akan selesai dan segera terbit. Bayangkan itu ketika Anda sedang menulis.
Yakinlah! Anda bisa melakukan apa saja dengan keyakinan. Bila ada keyakinan disitu ada jalan. Bila ada keyakinan air comberanpun bisa jadi obat. Namun tanpa keyakinan nasi putih saja bisa jadi racun.
Ya, yakinlah Anda bahwa novel Anda akan selesai tepat waktu. Bila Anda berani yakin, jangankan satu novel dalam enam bulan, enam novel dalam enam bulan pun bisa Anda buat. Orang bijak mengatakan, “Bila keyakinan itu ada, maka Anda bisa memindahkan gunung.”
Namun bila Anda tidak yakin, maka Anda tidak akan mampu menyelesaikan novel Anda itu. Walaupun novel Anda itu hanya 30 halaman.
Ya, untuk menyelesaikan novel dengan cepat, Anda harus menetapkan target yang jelas. Konsisten dengan target itu. Dan memiliki keyakinan yang kuat pada kemampuan diri sendiri. Ketiga hal ini: target, konsisten, yakin, adalah kunci utama cara menulis noveldengan cepat. Ini adalah cara membuat novel yang utama. Ini adalah cara penulisan novel yang dahsyat.

Teknik Menulis : Show Don't Tell

May 14, 2013 by Mimin Berani Cerita
Semua penulis pernah mendengar ini : Gunakan teknik 'Show, don't Tell' pada cerita, atau para pembaca tidak akan peduli. Tapi apa artinya: 'Show, not Tell'? Bagaimana kita bisa memaksa pembaca untuk merasakannya?

Jawabannya :kita tidak bisa memaksa pembaca untuk merasakan apa-apa. Kita hanya dapat menunjukkan pada mereka konteks cerita yang dapat mengeluarkan emosi pembaca.

Sebagai contoh, jika kita diberitahu bahwa Linda sedih, apakah kita tiba-tiba merasa sedih sendiri? Mimin juga meragukannya. Jika kita menulis bahwa Jimmy ketakutan, apakah jantung kita berdebar? Tentu saja tidak. Kita harus melalui semua tindakan dan tanggapan tersebut secara langsung, sebelum kita dapat merasakan apa yang mereka rasakan.

Salah satu cara untuk melihat bahwa kita belum jujur dengan emosi karakter kita adalah memeriksa pemaparan emosional yang berlebihan dalam cerita yang kita tulis. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa kita melakukan "Tell" pada pembaca bagaimana mereka seharusnya merasakan momen tersebut, dibandingkan membiarkan pembaca mengembangkan perasaan mereka sendiri melalui tindakan dan reaksi karakter. Bila kita melihat pemaparan emosional - takut, marah, lembut, gembira, sedih, hancur dll. - tanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu apakah itu akan lebih baik, jika kita menggantinya dengan aksi-reaksi kecil (misalnya gerakan fisik) yang dapat menciptakan konteks cerita untuk emosi tersebut.

Dengan kata lain, kesedihan tidak akan pernah menjadi nyata jika Linda (dan juga pembaca) tidak pernah menahan diri untuk tidak menangis. Ketakutan tidak akan nyata hingga jantung Jimmy berdebar kencang mendengar derit samar suara logam di belakangnya.

Kita tidak bisa memaksa emosi hanya dengan mengucapkan kata. Emosi memerlukan konteks.

Sebuah contoh :

Kita mulai dari bagian awal ini, dimana seorang pria mengambil satu-persatu apa yang menjadi sesuatu yang penting bagi mantan istrinya. Apakah ini melibatkan emosi atau terasa datar?

"Kamu benar-benar berpikir aku akan setuju dengan hal ini?" Dia tertawa. "Kamu idiot." Sengaja, ia merobek kertas perwalian itu menjadi dua.
Lynn menatapnya dalam kepiluan. Lelaki itu telah mendapatkan segalanya. Kini ia ingin mengambil putrinya.
Lelaki itu berkata lembut. "Pengadilan mana yang akan menyerahkan seorang gadis kecil pada wanita yang tidak bertanggung jawab, kehilangan pekerjaan, menghabiskan tabungannya, dan berutang pada setiap teman-temannya? Seorang wanita yang tinggal di tempat seperti ini, tempat yang hanya cocok untuk pelacur dan pecandu?" Ia merobek kertas itu berulang-ulang kali, dan dengan kepuasan, membiarkan serpihan-serpihannya jatuh ke karpet. Dia berbalik, dalam balutan setelan jahitan dan sepatu Italia-nya, ia melangkah keluar dari apartemen.
Lutut Lynn membentur lantai kayu. Dia sangat terpukul, dan air mata membutakannya.Dia bahkan tidak mendengar telepon yang mulai berdering di belakangnya.

***

Berikut ini adalah versi penulisan ulang untuk menghindari penulisan emosi dan membiarkan adegan yang menciptakan emosi bagi pembaca:

"Kamu benar-benar berpikir aku akan setuju dengan hal ini?" Dia tertawa. "Bahwa aku akan membiarkan kau mendapatkan putriku? Kau idiot." Sengaja, ia merobek kertas perwalian menjadi dua, lalu menjadi dua lagi. Tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah panik Lynn, ia membuka jari-jemarinya dan membiarkan serpihan-serpihannya jatuh.

Lynn mendengar kata-kata lelaki itu, tapi kata-kata itu terasa tanpa arti. Apa yang dapat ia dengar hanyalah suara kertas dirobek-robek. Semua yang bisa ia lihat bagaikan sayap patah dari kontrak perwalian yang berserakan di lantai. Dua tahun, tiga pengacara, dan setiap sen yang telah ia simpan dan pinjam, lalu lelaki itu akan membawanya seperti sapi untuk disembelih. Oh Tuhan. Perutnya memilin. Oh Tuhan, Tuhan. Ia sulit bernafas.

Lelaki itu berkata lirih sambil menatapnya, "Pengadilan mana yang akan menyerahkan seorang gadis kecil tiga tahun pada seorang wanita yang begitu tidak bertanggungjawab -- kehilangan pekerjaan, menghabiskan setiap sen dari tabungannya, dan berutang pada setiap teman-temannya? Seorang wanita yang tinggal di tempat seperti ini, dengan pecandu narkoba di tangga luar dan kecoak pada karpet -- tempat sampah yang hanya cocok untuk pelacur?" Ia menatap dengan kepuasan bengis sepucat wajah Lynn. Kemudian ia berpaling dalam balutan setelan jahitan dan sepatu Italia-nya, dan melangkah keluar dari apartemen.

Sesuatu yang salah terjadi pada tubuh Lynn. Gemetar, hampir tergoncang, dan ia menatap kosong. Pintu berdentam beberapa detik sebelum ia menyadari bahwa ia sedang berusaha menangis, tetapi tidak bisa. Suara dentam pintu bagai menderu di telinganya dan sesuatu melukai tangannya; kuku-kukunya -- mencengkeram telapak tangan, dan darah mulai keluar dari bawah ujung jarinya. Ia hampir tidak merasakan sakit ketika lututnya membentur lantai kayu. Ia tidak mendengar telepon yang berbunyi di belakang.

***

Periksa bagian yang ditulis ulang. Hanya ada dua kualifikasi emosional (kata "panik" dan "kepuasan bengis") yang bekerja pada sisa adegan telah membangun sikap antagonis. Kita tidak pernah diberitahu bahwa Lynn sedih atau hancur. Sebaliknya, kita menyaksikan reaksinya. Ketika ia mencapai titik penderitaan, kita tidak perlu seseorang untuk memberitahu rasa "sedih" itu. Kita hanya perlu ada disana merasakan emosi sang tokoh.

Berapa banyak pemaparan emosional yang kita perlukan?

Kualifikasi emosional diperlukan, tapi harus digunakan dengan hati-hati. Ingatlah bahwa kekuatan cerita tidak berada dalam pernyataan emosi (takut atau kesedihan atau kemarahan). Kekuatan cerita ini merupakan proses dimana seseorang mencapai emosi itu. Semua ini datang melalui konteks cerita, bukan hanya mengatakan pada pembaca apa yang seharusnya mereka rasakan.

Apa yang disebut sebagai sebuah karya yang tulus adalah yang diberikan dengan cukup kekuatan dalam memberikan realitas pada ilusi ~ Art Poetique, Max Jacob 1876-1944

Biarkan cerita, bukan kualifikasi kata-kata emosional dari kita (lembut, gembira, marah, takut dll) membuat pembaca sepenuhnya tenggelam dan mengekspresikan emosi mereka sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar