Adsense Indonesia

Minggu, 21 Juli 2013

Cerpen : FATAMORGANA CINTA

FATAMORGANA CINTA
Karya Anggun Langi Sripati Dewi

“Astrid tunggu aku, aku mau mengatakan sesuatu kepadamu“
“Apa lagi sih yang mau aku dengarin dari mulut kamu itu, aku sudah terlanjur sakit hati rikooo”
“tunggu strid.. memang semua ini salahku. Aku tau itu, tapi bisa gak kamu beriin aku kesempatan untuk aku berubah. Aku khilaf strid, khilaf” sahut riko menggenggam tanganku.
“Semudah itu aja kamu bilang khilaf kepadaku ? setelah kau duakan aku ? kau sangka aku ini apa riko ?” seraya melepaskan genggamannya.
“Maafin aku astrid, ini Cuma kesalah pahaman aja” ucapnya dengan nada halus.
“Sudahlah. Aku gak mau dengar apa lagi. Cukup kita sampai disini”
Aku pergi meninggalkannya, tanpa memperhatikan dia lagi dan beralih ke perpustakaan sekolah untuk menenangkan hati ini. Aku sudah terlanjur sakit hati dengan tingkahnya. Riko, orang yang kupercaya untuk bisa menjaga hati ini. Telah terlanjur menancapkan perih yang amat terdalam, dia yang dulu pernah berjanji akan selalu mencintaiku, menduakan aku dengan begitu saja bersama Cindy teman sekelasnya. Sakit yang aku rasakan sekarang, janjinya janji palsu. Percuma hubungan 2 tahun itu, semuanya hanya fatamorgana saja.

Fatamorgana Cinta
Ketika Aku sedang asyik mengomel, lalu tiba-tiba datang seseorang dari belakangku.
“hoooo.. ngapain lo ngomel-ngomel sendiri ? lagi sarap yaa ?”

Aku pun kaget dan langsung membalik menghadap orang itu.
“ehh elo Rin. Gue sangka siapa. Nih gue lagi bête banget Rin” ucapku manja sambil manyun kepada sahabat ku yang cantik itu.
“hahaa.. elo mah bête tiap hari aja gue liat. Manyun manyun, cantik lo hilang tau gak kalau lagi kayak gitu. Oya, emangnya untuk hari ini elo bête kenapa sih ? heran deh gue”
“sialan lo Rin. Gak kasihan napa lo liat gue, huuuu.. males deh gue ngomong sama lo Rin, lo suka tertawain gue” omelku dengan tampang cemberut.
“ihhh.. iya deh maaf. Nih makan dulu gue sengaja belinya lebih, soalnya gue tau lo belum makan pagi kan ?” Airin menyodorkan satu potong roti coklat kepadaku.
“thanks rin, lo emang paling tau gue” aku pun langsung mencomot roti itu. Yah, airin memang benar. Aku belum makan pagi. Itu tejadi gara-gara Riko. Sikapnya itu membuat aku menangis semalaman hingga untuk pergi sekolah aku menjadi telat dan belum sarapan.
“sekarang lo udah tenang kan, ayo sekarang ceritaa” ajak airin untuk membujukku bercerita tentang kejadian yang membuatku bête.

Aku punmenceritakan semuanya kepada Airin. Airin hanya bisa tercengang mendengar ceritaku. Dia gak percaya akan itu, soalnya dia tahu Riko itu siapa. Karena yang awalnya ngenalin aku dengan Riko adalah Airin. Riko dan Airin merupakan teman sekelas sewaktu kelas 1 dan hingga kelas 2 sekarang mereka juga sekelas. Tak bisa dipungkiri kalau Airin benar-benar kaget dengan ceritaku. Karena Airin juga tidak menyadari kedekatan Riko dengan Cindy akhir-akhir ini.
“Emangnya lo tau dari mana sih kalau dia jadian sama Cindy ? perasaan gue gak ngelihat dia dekat sama Riko ?” Tanya Airin bingung.
“Sabtu kemaren waktu gue lagi pergi belanja ke mall sama Riko, tiba-tiba aja Riko ninggalin gue untuk ngangkat telepon yang masuk dan setelah itu gue tunggu dia gak ada muncul-muncul lagi dihadapan gue. Terpaksa hari itu juga gue pulang sendiri”
“trus apa hubungannya dengan Cindy ?”
“jadi setelah gue nunggu Riko dia gak muncul, gue sms gak dibales, telepon gak diangkat. Gue langsung aja pulang naik angkot. Lalu tiba-tiba handphone gue bunyi dan ternyata itu sms dari Riko yang bilang kalau dia lagi disuruh mama untuk segera pulang karena neneknya lagi masuk rumah sakit dan ninggalin gue karena panik. Setelah baca sms dari dia, gue gak ada bales sama sekali habisnya gue kesel aja liat dia Rin. Lo tau gak apa yang gue lihat waktu dijalan Rin ?”
“apa ? “
“gue lihat dia lagi pegangan tangan jalan sama Cindy di depan Hotel Cakrawala. Miris rasanya Rin.. mirisss” sahutku tersedu-sedu hingga membuat orang di perpus memperhatikan ku.
“oh jadi gitu. Sudahlah gak usah kamu tangisin Rin. Kalau jodoh mungkin gak kemana. Tapiii ? apakah dengan itu aja lo bilang mereka udah jadian ?”
“ih lo kok nanyanya gitu sih. Udah jelas lah mereka jadian habisnya pegangan tangan seperti itu loh rin” omelku menjawab pertanyaan Airin yang memang membuatku sedikit marah.
Lalu bel pertanda istirahat pun telah usai. Aku dan Airin masuk kekelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran.
****

Seminggu kemudian dikantin sekolah.
“rin.. lo mau mesen apa ?”
“gue mie ayam aja lah strid”
“minumnya ?”
“gak tau nih gue pusing, eh lo apa ?”
“gue batagor sama es jeruk”
“oh kalau gitu gue juga sama deh minumnya”
“oke. Gue pesen dulu ya”
“gak usah gue aja yang mesen strid. Lo duduk manis aja ya cantik. Oke !“ bujuk Airin dengan manja dan menuju bibi Ainun untuk mesan makanan”

Selagi menunggu Airin yang lagi mesen makanan, Aku browsing sebentar untuk melihat kejadian hari ini melalui laptop yang memang sengaja aku bawa. Ditengah-tengah lagi asyik browsing. Tiba-tiba aja datang Riko dan langsung duduk disamping aku.
“heei Astrid dari kemaren-kemaren aku cariin kamu, kamu selalu gak bisa aku temuin. Dirumah kamu gak ada. Di sms kamu gak bales, di telpon kamu gak angkat. Kemana sih kamu kemaren-kemaren ini ?” ucap Riko menatapku penuh.
“apaan sih ? emang aku penting ya bagi kamu ? aku kan bukan siapa-siapa kamu lagi ? omelku karena udah badmood melihatnya.
“sorry kalau memang kamu marah karena kejadian 8 hari yang lalu. Dia itu bukan siapa-siapa aku Astrid. Dia bukan pengisi hati ini. Dari dulu hingga sekarang dihati ini hanya ada kamu, hanya kamu. Gak lebih !” sahut Riko berusaha meyakinkanku dan berusaha untuk memegang tanganku.
“ah. Terserah elo lah. Gue udah gak percaya lagi sama omongan elo. Elo pengecut !” ucapku beralih meninggalkan dan melepaskan tangannya.

Namun usahaku itu tetap sia-sia. Genggamannya begitu erat sehingga sulit untuk aku lepaskan. Karena tingkahnya itu, aku memutuskan untuk berteriak.
“tolooong. Ada penjahat !”
Sontak sepenjuru kantin menengok kearahku terutama Riko yang sedang menggenggam tanganku. Semua mata mereka tak henti tertuju kepada kami. Hingga akhirnya aku kaget dengan ulah Riko kali ini. Dia menarikku untuk berdiri diatas meja.
“heeei teman-teman, aku memang penjahat. Aku seorang penjahat cinta dihati Astrid. Aku sangat menyayanginya. Aku cinta dia. Dia adalah ratu dihatiku yag satu-satunya dan terakhir. Kalian adalah saksi cinta kami berdua” ucap Riko menatap penjuru kantin.

Tingkah nya itu membuatku gerah dan menambah amarahku kepadanya. Plaaaakkk.. layangan dari tanganku mendarat tepat dipipi kirinya.
“awww” jerit Riko mengelus pipinya.
“itu yang kamu mau kan. Bye” aku turun dari meja dan menerobos orang yang memperhatikan kami dari tadi.
Aku berlari pergi ke lorong-lorong sempit sekolah. Aku tak kuasa menahan tangisku melihat kejadian tadi. Jujur, aku memang masih menyayanginya. Tapi rasa benci dan sakit ini tak mampu aku tahan dan membuat tangan ini mendarat di pipi Riko.

Aku pun berhenti di lantai 5 sekolah. Di balkon atas ini aku menangis sekuat-kuatnya, karena dibalkon ini tempat jadianku dengan Riko dan disini juga aku melimpahkan tangisan sedihku karena ulah Riko. Disaat tangisku terisak-isak. Langkah kaki sesorang yang aku kenali mencairkan suasana saat itu. Yah, itu Airin sahabatku. Orang yang sedari dulu mengenal aku dan Riko datang menghampiri aku dan merupakan orang yang satu-satunya tahu keberadaanku. Aku memeluknya erat dan menangis di bahunya.
“jangan nangis lagi dong astrid. Udahlah seminggu yang lalu kamu libur gara-gara dia. Dan sekarang awal kamu sekolah kamu udah lemah kayak gini. Mana Astrid yang aku kenal dulu. Dimana kamu Astrid ? “
Aku masih saja menangis. Tak sepatah kata pun yang aku keluarkan saat itu. Hatiku perih, disaat aku mencoba bertahan dari sakit, malah sakit itu kembali datang. Aku capek dengan semua ini. Hatiku teriris.

Suasana hening pun terganti ketika bel berbunyi. Airin mengajak aku turun untuk belajar.
“yuk Astrid kita turun. Air mata kamu itu berharga” sahut Airin mengelus pipiku yang penuh dengan air mata.
“guuguuuee gaak maaauuu rin. Gueee maauu disiniii ajaaa”
“gak. Pokoknya gue gak mau lo disini sendiri, nanti malah terjadi hal yang bukan. Kita turun ya, “ ajak Airin meyakinkanku.
Akhirnya aku mengikuti Airin dan berlalu turun.
*****

Keesokan harinya Aku sudah merasa tenang. Karena aku sudah bisa melupakan Riko dari hidupku.

Sekarang aku sudah merasa baikkan, untuk hari ini aku hanya mau istirahat dikelas saja. Disaat lagi asyik baca buku “E+” yang merupakan buku favoritku. Airin menyapaku dengan hangat sambil menggotong surat kecil beramplop putih.
“Astrid, keluar yuuuk”
“gak ah. Males rin”
“Strid gue senang lo udah balik seperti dulu”
“hehe iya nih rin”
“oya ini ada surat buat lo. Lo boleh baca kalau udah selesai jam pelajaran ya oke”
“ihh kok gitu sih ? emangnya ini surat apa sih. Gue baca sekarang aja ya”
“gak. Pokoknya jam pulang aja” lirik Airin tajam tapi masih kelihatan cantik
“ohh oke deh cantik!”
“bye gue ke kelas dulu ya. Latihan gue numpuk nih”
“sipsip.” Sahutku yang masih bingung dengan isi surat ini.
*****

5 Jam kemudian. Didepan kelas Airin aku menunggu Airin yang sedari tadi belum keluar dari kelas. Karena terlalu lama aku menunggu, aku memilih untuk membaca surat yang tadi diberikan Airin untuk.
Untuk Astrid yang aku sayang.
Astrid, aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu. Aku tau kamu lagi marah denganku Astrid karena kejadian 9 hari yang lalu. Aku tau kamu begitu terluka karena tingkahku yang meninggalkanmu sendiri di mall waktu itu. Ditambah lagi dengan sikapku di kantin kemaren.
Sebenarnya, aku ingin menjelaskan sesuatu kepadamu. Tapi engkau selalu saja tak bisa ada waktu untukku. Ini tentang Cindy, Cindy itu bukan siapa-siapa dihatiku Astrid. Dia itu sepupuku, mungkin aku tidak pernah menceritakan ini kepadamu selama 2 tahun hubungan kita. Tapi aku baru menyadari akibatnya setelah kejadian 9 hari lalu ketika engkau melihat aku menggandeng dia di dekal Hotel Cakrawala. Itu terjadi ketika aku membawanya ke rumah sakit Margareth di dekat sana. Karena nenekku yang juga neneknya sedang kritis Astrid.
Aku harap sekarang kamu bisa memaafkanku Astrid. Karena sekarang Aku sudah tidak lagi mengganggumu, aku sudah pergi ke Singapura untuk operasi kanker otak stadium akhir. Maafkan aku astrid. Aku tak mau membuatmu sedih lagi. Jangan pernah kau meneteskan air mata untukku lagi. Aku tak mau itu lagi.
Terima kasih untukmu Astrid yang telah menjadi Ratu dihatiku. Aku harap kamu bisa memaafkanku. Aku sungguh sangat menyayangimu. Kamu akan selalu tetap dihatiku untuk sekarang dan selamanya.
Salam hangat,
Riko

Bah, lagi-lagi air mata jatuh bercucuran. 2 kenyataan yang aku terima hari itu, pertama Cindy merupakan sepupu Riko bukan kekasih Riko. Kedua, Riko sedang mengidap kanker otak stadium akhir.
“aku memang bego, aku telah menuduh mu tanpa bukti rikooo. Aku sayang kamu, kamu jangan tinggalin aku riko, maafin aku yang telah membuatmu bingung akhir-akhir ini.” Tangis ku pecah belah hingga membuat murid dikelas Airin keluar dan menghampiriku.
“mana riko farhan ?”tanyaku ke sahabat dekat Riko dikelasnya.
“Riko tidak datang Astrid”
“kau bohong, dia pasti dikelas” ucapku menerobos kerumunan.
“rikooo..riko ini aku astrid” teriakku mencari sosok orang aku tuju dan menghampiri mejanya.

Ternyata riko memang benar-benar tidak ada. Aku pun hanya bisa menangis dimejanya. Mataku tertuju pada sebuah tulisan dipinggir kiri atas mejanya yang bertuliskan “RIKO LOVE ASTRID” serta 1 paragraf tulisan “Tuhan mungkin ini adalah hari terakhirku untuk melihat senyum manja di bibir mungilnya walau tanparan melayang lembut dipipiku. Aku tetap senang bisa berada disampingnya untuk 5 menit dan menggegam tangannya untuk terakhir kali. Walaupun itu hanya sebentar, tetapi itu sudah cukup untukku sebelum aku menutup mata. Tuhan hanya satu pintaku, tolong jagalah bidadariku itu untuk selama-lamanya dikala aku sudah terpisah ruang dan waktu dengannya, hiasilah dia dengan senyuman setiap harinya. Karena aku sungguh sangat mencintainya tuhan. Karena hanya dialah pelipur laraku.” lagi lagi membuat aku semakin merasa bersalah dan menangis.
“Hari terakhir ? apa yang dimaksud Riko dengan hari terakhir ? atau jangan-jangan .. ? moga itu tidak terjadi” lirihku dalam hati mencoba mengusir perkiraan buruk itu dari fikiranku.
“tenang strid, riko gak kemana-kemana” sahut Cindy yang dari tadi memperhatikanku.
“cindy, mana sepupumu itu, aku telah membuatnya terluka. Aku mau minta maaf kepadanya. Aku salah”
“tak usah lagi menangis seperti itu strid, riko lagi memperjuangkan nyawanya di Singapura, doakan saja dia untuk bisa sembuh dari penyakitnya” ucap Cindy mengelus bahuku.
“hikss.. aku gak bisa cin”
“astrid sudahlah, akhir-akhir ini kamu selalu menangis, aku gak mau kamu bersedih” Airin mendekapku hangat.
“iya Astrid, Airin benar jangan nangis lagi”
“makasih Airin, makasih Cindy tapi Rikoooo ? “ sahutku tersedu-sedu.
“tunggu ini ada telepon dari mama Riko, aku angkat dulu”
Aku cemas ketika Cindy menerima telepon dari mama Riko. Aku takut terjadi sesuatu dengan Riko. Aku takut Riko meninggalkanku untuk selama-lamanya sebelum Aku meminta maaf kepadanya. Aku takut itu terjadi.

Lalu tiba-tiba saja, aku melihat wajah Cindy memerah hingga menjatuhkan butir-butir air mata.
“cin, lo kenapa ?”tanyaku heran
“Riiikoo strid, rikooo” jawab Cindy sambil menangis.
“kenapa dengan riko Cin?” sahutku sehingga mulai membuat jantungku sakit.
“Riko udah gak adaaaa” air mata cindy keluar dengan hebat nya hingga mengundang tangis penjuru kelas.
Jantungku semakin sakit , kepalaku menjadi pusing. Aku tak percaya ini akan berlalu begitu cepat. Aku tak ingin Riko pergi meninggalkanku. Airin dan Cindy langsung memelukku. Kami menangis bertiga. Kami sama-sama ditinggal orang yang kami sayang. Aku ditinggal Riko sebagai kekasihnya, Airin ditinggal oleh sahabatnya, sedangkan Cindy oleh sepupunya. Sakit yang aku rasakan sangat begitu perih. Aku merasa diriku sebagai orang yang begitu bodoh didunia.
“rikooooo.. jangan tinggalin aku. Aku masih sayang sama kamu. Aku tak ingin kamu pergi dari hiduku. Aku gak bisa hidup tanpamu. Rikoooooo… “

Kelas mejadi riuh karena tangisan, sehingga mengundang warga dari kelas lain beserta guru kekelas ini. Lagi-lagi mataku tertuju pada sebuah foto yang menempel bertuliskan denah kelas. Di sana aku melihat foto seseorang aku cintai dan aku sayangi. Yah, itu Riko. Langsung aku pisah foto ukuran 3*4 cm itu dari tempatnya dan aku cium lembut.
“riko kenapa kamu pergi begitu cepat. Aku sungguh begitu sangat menyayangimu. Kenapa kamu tidak pernah cerita tentang penyakitmu kepadaku. Maafin aku Riko”
*****

Semenjak kejadian itu, tak ada lagi aku lihat senyum kecil nan indah setiap harinya, tak ada lagi orang yang mengajakku jalan, tak ada lagi yang bertanya kabarku melalui sms dan telepon dengan sapaan hangatnya . Aku rindu kamu Riko. Hari-hariku begitu sepi tanpamu. Kembalilah kepadaku walaupun itu hanya sedetik. Aku sayang kamu Riko. Tuhan, jaga selalu Riko di surga tuhan, jangan biarkan dia bersedih tuhan. Karena aku tau, Riko sekarang kesepian disana, begitupun dengan aku. Riko, disurga jangan lupa cari bidadari yang lebih baik dari aku, walaupun bidadari disana cantik-cantik. Tapi bidadari disini sangat merinduimu dan menyayangimu.

Riko, bintang yang indah itu pasti kamu kan ? kamu lagi tersenyum ya kepadaku ? aku senang kamu bisa mendengar kata-kataku. Baik-baik disana ya Riko. Ingat pesanku “disurga jangan lupa cari bidadari yang lebih baik dari aku, walaupun bidadari disana cantik-cantik. Tapi bidadari disini sangat merinduimu dan menyayangimu.”

BIODATA PENULIS 
:
Nama : Anggun Langi Sripati Dewi
Sekolah : SMKN 3 PADANG
FB : Anggun Langi Sripati Dewi
Email : anggunlangi_03@yahoo.com
Twitter : anggunlangisd
Hoby : membaca, menulis, bernyanyi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar