Adsense Indonesia

Minggu, 21 Juli 2013

Cerpen : CINTAKU YANG TAK TERUNGKAP

CINTAKU YANG TAK TERUNGKAP
Karya Rini Febriyani

Aku duduk terdiam menonton tv. Kisah kasih tak sampai dan penuh penyesalan dalam diri si karakter utama dalam film korea yang kutonton. Artis yang terkenal dan yang ku idolakan. Ha ji won nama artis itu. Dia berperan sebagai seorang penyiar radio. Kisah yang mengharukan karena dia menyesal tidak memerhatikan seseorang yang sangat mencintainya. Dan kekasihnya pun meninggal karena penyakit, ingatan memudar, lama-kelamaan yang membuat dia lumpuh dan mencabut nyawanya.

Film ini mengikatkan pada diriku yng lalu.di kampus saat aku baru mau masuk universitas aku menyukai seorang lelaki. Dia tak tampan, dia bukan orang kaya, dia juga bukan ketua bem. Tapi dia seorang aggota salah satu organisani mahasiswa yang bergelut di dunia yang ku sukai. Dia memakai kaos pendek dan dikalungkannya sebuah flash disk di lehernya. Bicaranya tidak begitu jelas. Dia menulis formulir pendaftaran kegiatan mahasiswa . Aku tak tahu namanya. Ku sebut dia mas “administrasi”. Pertama kali aku bertemu dengannya di mussolah kampus, tepatnya di tangga tempat orang–orang melepaskan sepatu mereka dan memasuki mussolah. Aku mengikuti kegiatan mahasiswa di bidang seni drama dan teater. Entah aku mulai suka pada mereka karena penampilan mereka saat ospek membuatku tertarik. Dengan music jimbe yang dimainkan dan waktu itu salah seorang lelaki yang berpuisi mereka menghipnotis diriku untuk mengikuti dan bergabung dengan mereka. Aku melihatnya lagi di base camp, tempat kami berkumpul. Kami sering bertemu dan berkumpul saat pertemuan mahasiswa, tapi aku tak pernah bicara denagnnya. Tahu sendirikan kalau aku orang yang selalu diam saja. Aku hanya lebih suka melihat orang sekitarku daripada aku berbicara pada mereka. Saat diajak ngomong saja baru aku mengeluarkan suaraku.

Cintaku Yang Tak Terungkap
Aku tak punya bakat apapun di bidang ini, aku sering bertemu dengannya setiap hari di kampus. Basecamp mereka tak jauh dari kelasku, jadi sering aku mampir untuk bertemu. Namun sampai beberapa waktu yang lama aku belum juga mengetahui siapa namanya. Di suatu kegiatan pekan seni yang diadakan di kampus aku mengetahui namanya, lewat tanda pengenal yang tergantung di dadanya,” inoek” namanya. Nama panggilan yang setiap hari sering ku dengar dan ternyata nama itu milik dari mas administrasi.

Hampir satu tahun aku berada bersama mereka susah dan senang, aku juga mendengar kabar kalau mas administrasi sedang pacaran dengan salah satu teman seangkatanku namanya lupie. Lupie seorang gadis keturunan arab yang berbakat di seni drama, dia memiliki badan yang modis bak model terkenal. Sungguh sempurna. Aku tak percaya dengan desas desus itu, aku bersikukuh untuk tetap melihat mas administrasi dari belakang.

Hatiku senang bercampur marah dan kesal meliahat lupie dengannya sedang berdua, tepat di depan mataku. Mereka sedang pacaran di belakang panggung saat ada acara pementasan drama musical. Wajah mereka yang penuh dengan cinta, tawa dan kemesraan mereka mencabik-cabik tubuh dan memakanku hidup-hidup. Aku sudah tak punya tenaga lagi untuk tampil di panggung sesuai peranku. Melihat itu aku berjalan lirih menuju panggung yang penuh dengan lampu. Aku pun menyelesaikan peranku dengan baik. Walau hanya sebagai pemain figuran dalam drama , aku sebagai seorang pembantu.

Disaat itu aku mengetahui kebenarannya, pupus sudah harapanku ini dan aku tak melihatnya lagi dan berharap banyak darinya. Namun hati ini tetap terisi oleh namanya. Inoek. Setiap kali aku bermimpi bertemu dengannya, dan bahagia tapi mimpi adalah mimpi tak kan jadi nyata.
*****

2 hari setelah pementasan aku pindah kuliah ke Surabaya. Sampai sekarang 4 tahun lamanya, aku kembali ke kampong halaman. Aku pun menjadi seorang guru bahasa inggris di salah satu sekolah SMP swasta. Dan aku juga mengajari anak-anak TK di sore hari untuk belajar bahasa inggris.

Di parkir sekolah aku bertemu dengannya, aku tak menyangka aku akan bertemu dengannya di sekolah. Aku hampir lupa namanya, dan wajahnya. Dia memakai kaos olahraga, celana dan sepatu yang sederhana. Dengan sepeda motor yang tak terurus dia membuka helm di kepalanya. Hallo dek? Lama tak berjumpa ya? Aku hanya diam dan tersenyum sedikit. Aku agak terkejut dan keheranan. Bagaimana kabarmu dek? Aku menjawab pelan”alhamdullilah baik”.

Hanya itu yang di cakapkan kami. Aku pun berjalan ke ruang kelas karena pelajaranku segera di mulai. Aku meninggalkanya di pintu gerbang sekolah. Kami sempat berjabat tangan. Aku senang tapi bagimana ? tak bisa ku ungkapkan perasaanku ini. Aku mengajar dan selintas aku melirik ke jendela dan mencari-cari wajahnya. Perasaanku ingin bertemu dan bicara banyak dengannya, aku mulai tak sabar aku ingin mempercepat waktu seandainya bisa . Sehingga berakhir jam pelajaranku. Tapi masih baru seperempat menit aku di kelas, aku masih belum menyampaikan materi. Fikiranku tak karuan, aku tak konsentrasi mengajari anak didikku. Aku berharap dan berdoa, aku bisa keluar dari kelas dan berlari kearah mas inoek.

Akhirnya waktu yang serasa setahun di kelas itu pun, meninggalkan detik 60 menit. Aku bergegas dan mempercepat gerakku untuk keluar meninggalkan pintu kelas. Aku mengakhiri pelajaran. Dan aku berjalan menuju pintu keluar. Langkah yang begitu ringan tak terasa sudah di dekat taman kelas, langkahku terhenti. Mataku terbelalak dan perlahan air mata mengucur di pipiku. Senyumku hilang, dan langkahku pelan. Aku tak punya tenaga lagi untuk melangkah. Di depan mataku, seorang lelaki berbaju olahraga, menggendong seorang anak TK di punggungnya melambai padaku, dia bersama istrinya. Tangan kananku tergerak membalas lambaian tangannya. Sementara tangan kiriku mengusap air yang mengalir tak henti di pipi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar