A Little Love in a Cup Cake
Gema suara adzan subuh terdengar sayup-sayup dari kejauhan,terbawa angin pagi yang penuh kesejukan untuk mengetuk jendela - jendela rumah para pemilik hati yang diselimuti kegamangan,mengajak mereka untuk segera bersimpuh di haribaan sang pemilik hati yang hakiki.
Aku terjaga dari tidur panjangku,namun badan ini rasanya terbangun tanpa nyawa. Aku metapap langit- langit kamarku yang putih mengingat apa yang terjadi 6 jam yang lalu,ku edarkan pandanganku ke sekeliling.Tetap hampa,hati ini terasa kosong dan terus mencari perlindungan. Tangisanku semalam membuat bantal tidurku masih tersa basah hingga pagi ini.
Ku satukan jemari tanganku. Mencoba mencari kekuatan.
Ini kenyataan,dan bukan sekedar mimpi buruk,aku sudah tidak bersama dia. Tadi malam aku mendengar permohonan Gara untuk mengakhir semua,tanpa ada alasan dan membuatku sulit untuk menerima semuanya. Memutar memori lama mencari kesalahan apa yang telah aku buat,hingga ia memohon untuk itu, aku pun pasrah dan berusaha setegar mungkin tanpa adanya Gara.
“bangun na,,ayo kita solat subuh berjama’ah!” suara ibu yang setengah berteriak di balik pintu kamarku,membuatku tersadar dari lamunan.
Aku segera bangun dan mengambil air wudhu.
Dalam shalat ku kali ini,yang aku harapkan bukan meminta untuk segera mengubah kesedihan ini sebagai kebahagiaan,tetapi aku memohon agar Allah tetap ada unutk ku,lewat cinta-NYA ajarkan bagaimana menjadi orang yang kuat “jangan jauhi kau Ya Allah..”
Aku tetap memiliki sahabat yang selalu ada untuk ku,kenapa harus takut untuk menghadapi kesedihanku,lagipula aku tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan yang sesungguhnya hanya menyita waktu berharga ku,lega rasanya hati ini tuhan begitu cepat memberiku kekuatan.
Tapi apakah ini akan bertahan lama?
“Talita..!” aku hafal suara itu,suara yang sering ada di radio. Aku menoleh ke arah sumber suara dan benar itu Nina.
“kenapa Na? lari-lari begitu? Dikejar orang gila lagi ? haha”
“iya ta,gila tuh si gery,tiap hari mojok di gerbang nunguin aku tiap hari,gak pagi enggak siang.”
“cieeee…tuan putri ternyata punya bodyguard baru ya? Dia kayanya siap siaga 24 jam Na buat kamu,tulus tuh kayanya..? cieeee…hehe” Aku masih terkekeh melihat respon Nina yang terus aku goda.
“ahh Talita,udah! Udah ! aku gak mau berurusan sama dia,ayo kita ke kelas,PR ku belumku kerjakan !”
Kami beriringan menuju kelas kami,11 IPA .
Rupanya keklas masih sepi,,sebagian anak-anak belum datang,pantas saja masih pagi.
Perutku lapar,aku belum sempat sarapan pagi. Tidak berselera,tapi sekarang sepertinya harus segera di isi.
“tapi ta,aku belum beres ngerjain PR nya” jawab Nina ketika aku pinta untuk menemaniku ke kantin.
“udah,,bawa aja bukunya Nin !”
“oke deh !”
Jarak antara kantin dan kelas memang cukup jauh,harus melewati lorong kelas 10 dan lapangan basket.
Ketika sampai di Kantin Nina yang tengah menenteng buku tertegun dan menepuk ku dengan buku. Melihat Gara berjalan melewati lapangan basket,bersama seorang wanita,dan itu bukan Talita.
“ta,ta,ta.. itukan Garaaa,, kenapa sama si marlintong ?” Nina memang sering menggunakan panggilan Marlintong unutk Marlina,sebab ia tidak suka padanya,Marlina terlalu sombong dan kecentilan.
Tapi faktanya,dia memang cantik,kaya dan punya segalanya. Mungkin pantas saja kalau dia sombong.
“yaa..terus? biarin aja lagi..” aku menjawabnya dengan santai,namun sebenarnya hatiku masih sakit,dan kenapa Gara begitu tega,dia begitu cepat melupakan aku.melupakan semuanya.
“ehh,masa begitu? Itukan pacar kamu taa…”
“udah engga ko,malem tadi dia memohon- mohon sama aku untuk mengakhir semuanya,dan dia gak ngasih alasan apapun.”
“wahh,,kurang ngajar dia Ta,gila ! dan sekarang dia sama si centil marlintong..ga nyangka Gara sesadis itu Ta. Dan kamu ga sedih??”
“hmm… who care? Itu hak dia ko” semakin aku mencoba menutupi kesedihanku semakin ingin rasanya aku menghilang,tak mau melihat kenyataan ini,tapi itu mustahil. Aku harus tetap kuat.
“ya udah ta,,masih banyak cowok yang lebih baik dari dia,kamu ga pantes sama Gara,dia ga layak nyakitin kamu,ga tau di untung tuh si Gara!” gerutu Nina.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman palsu yang ku coba untuk menutupi kesedihanku.
***
Pulang sekolah hari ini,aku memilih untuk diam di rumah. Cuaca belakangan ini tidak menentu,maklum musim pancaroba. Jadi, tak mau mengambil resiko jika hujan tiba-tiba turun deras.
Saat tiba di rumah,aku langsung menuju kamar dan ku hempaskan badanku yang lemas.
Aku langsung menyalakan radio dan mencari saluran kesayanganku,yaitu radio sekolah, sebab sore ini Nina siaran.
“oke listener ada satu lagu untuk kalian semua,happy listening guys..”
Ternyata Nina sudah mulai siaran.
Satu buah lagu yang Nina putar s menjadi backsound sore yang gerimis saat itu.
Sebuah kisah tertulis indah di masa lalu
Tak teraba oleh hati siapapun
Hingga kau hadir dengan segala kelemahanmu
Cacat hidupmu menyempurnakanku
Kesakitanku bertambah pahit
Ketika harus ku akui
Aku menahan rasa cintaku untukmu
Namun kau tetap ada
Kau hadir dalam bayangan yang tak pernah ku anggap
Kau ada di dalam bayangan semu
Kau merindu dan membuatku jatuh kepadamu
Kau menyayangku
Dan buat ku berkata ku temukan penggantinya…
Rindu yang menjalar dalam diriku membuat ku semakin merasa perih,ingatanku masih terus diliputi oleh Gara,aku tak bisa lepas begitu saja darinya,kenangan yang ia berikan padaku selama 6 bulan membuatku terhanyut dalam memori indah itu,dan sekarang semuanya pupus. Dia terlalu sempurna untuk menjadi penghiasku,dan dia juga terlalu abu-abu untuk menjadi pelangiku. Dia pergi tanpa kejelasan.
***
Tak terasa aku tertidur pulas,ternyata acara Nina sudah selesai,tak lama Handphone ku bergetar,satu pesan masuk dari Nina
Ta,aku tadi ketemu lagi sama Dana di toko kue kemarin
Dia minta no Hp km,boleh ga aku kasih?
Danna? Sejenak aku mengingat-ingat saat aku dan Nina berkunjung ke toko kue,dan bertemu dengan sahabat lama Nina Danna. Cowok putih,tinggi dan ramah itu.
Aku pikir kenpa tidak? Toh dia sahabat Nina.
Segera aku balasa SMS Nina.
Oke,no prob..
Sejak saat itu aku dekat dengan Danna,dia slalu memberi support dan perhatian – perhatian kecil padaku.
Aku tidak berpikir aneh-aneh pada Danna,aku anggap dia sebagai sahabatku sendiri seperti Nina.
Aku sering cerita pada Danna tentang Gara,dan kejadian yang aku alami bersamanya,sebab Danna yang memintaku untuk bercerita tentang kegamanganku, dia slalu memberi solusi yang bisa membuatku terus bangkit.
Danna juga tau bahawa aku masih sangat mencintai Gara,dan mungkin ada sedikit harapan dalam hatiku untuk bisa bersamanya lagi.
Sejak itu pula aku mulai sering menghabiskan waktu senggangku bersama Nina dan Danna.
Danna memang tidak satu sekolah dengan kami, tapi sekolah kami juga tidak berjauhan.
Nina pernah cerita bahwa Danna suka padaku,tapi dia takut dan masih ragu untuk mengunggapknnya.
Aku masih tak percaya,sebab mungkin saja itu dugaan Nina.
Aku masih tak percaya,sebab mungkin saja itu dugaan Nina.
Hidupku memang tidak bisa terlepas dari Gara,dia slalu ada dihatiku.
Hingga sampai akhirnya Gara dikabarkan putus dengan Marlina.
Kali ini Marlina yang memtuskan Gara,aku sedikit prihatin melihat perubahan sikap Gara di sekolah,dia agak sedikit murung,
Dan Gara akhir – akhir ini Gara sering mengirim SMS padaku,karena perasaanku yang masih sangat dalam padanya,aku sering mendengarkan keluh kesah Gara.
Dia juga pernah mengatakan padaku bahwa dia telah salah memilih wanita.
Dia juga pernah mengatakan padaku bahwa dia telah salah memilih wanita.
Maafin aku Ta,aku selama ini buta
Aku bodoh telah memilih wanita yang salah dan menyia-nyiakan kamu,
Aku nyesel banget Ta,ternyata wanita yang slama ini slalu ada buat kau itu kamu
Kamu maukan maafin aku dan kita coba perbaiki semuanya
Sejenak aku tertegun dengan semua ini,mungkin Gara butuh proses untuk menyadari semuanya dan mungkin dari sekaranglah dia bisa belajar.
Aku menceritakan penyesalan Gara ini pada Nina,dan respon dia adalah..
”ya ampun Ta,kamu jangan terlalu baik sama dia. Inget Ta,dulu kamu di duain sama Gara,dan kamu ga tau kan? Lalu kamu diputuisin gitu aja? Dan sekarang dia minta balikan lagi sama kamu. Kamu harus buka pikiran kamu Ta. Aku Cuma khawatir kalau kamu nanti disakiti sama dia lagi.”
“tapi..sepertinya kali ini dia sungguh-sungguh Nin”
“ya udah terserah kamu,aku Cuma ngingetin aja”
Jawab Nina.
Lagi-lagi aku gamang dibuat Gara,aku juga bercerita pada Danna lewat telepon,dan responnya adalah
“ikuti kata hatimu Ta,hati paling tau semuanya,aku ga berani ngasih solusi apa-apa sama kamu.
Kalau memang kamu masih sangat mencintai Gara,ya lakukan apa yang semestinya kamu lakukan sesuai dengan perasaan kamu,aku Cuma mau kamu mendapatkan yang terbaik”
“makasih ya Danna,kamu baik banget slama ini sama aku.”
Aku akhiri percakapanku dengan Danna.
Lalu memikirkan apa yang seharusnya aku lakukan.
Aku berpikir apakah Danna tidak sakit mendengar semua ceritaku?
Satu minggu yang lalu dia memang pernah mengungkapkan perasaanya padaku,
Saat itu dia membawa kue kesukaanku,cup cake.
Dan dia meminta ku menerima sebuah cup cake itu jika aku menerimanya.
Dan dia meminta ku menerima sebuah cup cake itu jika aku menerimanya.
Tapi aku tak menerima kue itu. Mungkin Danna sudah tau jawabannya apa dan akupun tak memberi kejelasan apapun.
“hmm,,baikah aku tau sekarang apa yang semestinya aku lakukan!”
Sore pulang sekolah aku mengajak Danna dan Gara ke taman,hari ini aku akan memberi keputusan apa yang seharusnya aku putuskan.
“Gara,aku kesini mau semuanya jelas. Kamu kemarin minta aku buat kembali sama kamu. Aku memang sangat mencintaimu dan sangat menyanyagimu,kenangan kita bersama dulu memang membuatku susah untuk melupakanmu.”
Mendengar perkataanku pada Gara,Danna hanya menundukan kepala,dia berpikir bahwa dia hanya dijadikan sebagai saksi perasaanku pada Gara.
“jadi kamu menerimaku lagi? Tanya Gara meminta kepastian.
Aku menggelengkan kepala dan melanjutkan kata-kataku.
“kamu memang hal terindah yang pernah aku miliki,tapi sepertinya aku tak pantas mendapat keindahan itu dari kamu. Masih banyak wanita yang pantas untukmu,aku sadar selama ini aku banyak kekurangan dan aku juga menyimpulkan bahwa kekuranganku ini tidak bisa menjadi pelengkap kesempurnaan kamu.”
"tapi..Ta,cuma kamu yang bisa ngerti aku "
"tapi..Ta,cuma kamu yang bisa ngerti aku "
Aku berjalan ke arah Danna yang tengah berdiri melihatku.
“Danna terimkasih selama ini kamu slalu ada buat aku,kamu slalu mendengarkan segala kegamanganku,dan kamu slalu sabar. Masihkah kamu mau memberi cup cake kecil ini buat aku?”
“Talita? Maksud kamu apa?” Tanya Danna heran.
“iya,kini aku sadar dan memang seharusnya sadar,aku tidak akan pernah bisa menggapai pelangi yang tinggi dan aku hanya bisa melihat manisnya warna-warni mereka. Gara mungkin pernah memperlihatkan maninsya pelangi untukku.
Tapi kamu memberikan cup cake kecil namun manisnya bisa aku rasa dengan nyata,begitupula ketulusan darimu memberikan kebahagian buat aku Danna..”
“Talita..” sambil menggenggam erat tanganku,
“aku..aku sayang banget sama kamu..”lanjut Danna.
Aku hanya mengangguk,membalas genggaman Danna dan tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar