CINTA MU YANG TERJUAL
Karya : Rury Rahman
Lentera bumi perlahan hilang tertelan buana yang terus berputar
Sejalan putaran waktu yang menyeret mu
Lampu jalanan berkedip genit
Seakan tak sabar untuk mengajak mu bercanda dengan malam
Seperti malam-malam yang terlewatkan
Dengan segenap kepedihan
Kau poleskan warna merah di bibirmu
Kau taburkan debu kehidupan di wajah mu
Topeng dari segala kehidupan
Kau kenakan busana malam yang transparan dan merangsang
Padahal sebentar lagi engkau lepaskan
Sepatu cinderalla pun kau kenakan …. Dan ……
Kau pun berlenggak lenggok di pinggiran jalan
Bak peragawati kesurupan
Tersenyum dikau di pelataran kenikmatan
Rumah cinta yang tak pernah engkau harapkan
Dalam canda …
Kau kepulkan gumpalan awan yang menebarkan aroma menyesatkan
Kau pun tawarkan cinta sesaat demi lembar-lembar kehidupan
Yang ingin kau rajut menjadi rumah cinta abadi
Skenario berjalan tanpa sang sutradara
Kau pun berjalan dalam kehidupan yang tak pernah engkau relakan
Dalam hangatnya dekapan malam
Kau tersenyum dalam sejuta kenikmatan.
(Palembang , September 1995)
POTRET PENGABDIAN
Karya : Rury Rahman
Menetes airmata di pipi kami
Entah bahagia, entah duka… entah apa makna nya
Karena detik-detik perpisahan bagai membayang dipelupuk mata
Pengabdian mu sungguh suci
Ilmu yang kau berikan adalah bekal kami
Karena tanpa mu kami tak berarti apa-apa
Karena tanpa mu kami tak bias menjadi sarjana
Guru ku ……
Kau adalah nakhoda cita-cita ku
Pulau harapan itu tak kan tercapai tanpa mu
Terima kasih guru ku. …..
Kau telah lepaskan aku dari jerat kebodohan
Namun kini relakan kami langkah kan kaki
Lepaskan kami dengan doa restu mu … dengan maaf mu
Guru ku ……
Airmata ini do’a kami
Airmata ini tanda maaf kami
Atas segala salah dan dosa kami
Terima kasih guru ku
Jasa mu tak terlupa sampai nanti.
(Palembang, Juli 1996)
UNTUK MU ANAK NEGERI
Karya : Rury Rahman
Di balik belantara
Di antara rimbunan pepohonan
Ada kehidupan yang damai
Di balik kedamaian, ketentraman, dan ketenangan
Tampak ketertutupan dan ketertinggalan
Tak pernah mereka sadari
Tak pernah mereka tahu
Di belahan bumi …
Orang-orang mulai sibuk dengan kemajuan teknologi
Orang-orang sibuk berburu topi sarjana
Sementara ….
Mereka masih dengan baju kumal nya
Dengan tutul kepala dari atap rumbia
Mereka tak tahu
Mereka tak sadar
Mereka tertinggal jauh
Bukan tak ini … tapi ….
Mereka butuh pendamping
Untuk memapah langkah mereka
Dalam mengejar ketertinggalan nya.
Wahai pemuda gagah dan bertopi sarjana
Datang lah kesana
Tunjukkan dan berikan sumbangsih mu
Demi anak negeri
Demi saudara-saudara mu
Demi bangsa dan negeri tercinta ini
Enyahkan sisa feodal itu
Bantu mereka untuk bangkit
Bantu mereka lepaskan kebodohan yang membelenggu
Bantu Negeri ini untuk maju.
BALADA SEPOTONG BULAN
Karya : Rury Rahman
Sepotong bulan berduka
Menanti hadirnya bintang gemintang
Ada harap tak bertepi
Karena bintang enggan menemani
Sepotong bulang senandungkan kerinduan
Nyanyikan kidung cinta yang lara
Seketika ….
Awan berarak hadir menyelimuti
Sepotong bulan …
Hilang tak tentu rimbanya
Hanyut oleh asmara
Meski bulan sepotong harus tersika
Karena bukan bintang yang bawa asmara
Kala awan berlalu
Sepotong bulan tak tampak di atas sana
Raib … entah kemana
Septong bulan ternyata hanya ingin kan asmara
Bukan cinta yang di damba nya
(Palembang, Mei 1997)
SEPI YANG PANJANG
Karya : Rury Rahman
Remang cahaya di teras rumah
Ku sendiri berteman sepi
Ingin rasanya
mengulang lagi masa indah dulu
Namun kini engkau di mana
Tak tahu lai simana diri mu
Ingin ku cari walau lelah diri
Tak jua ku dapatkan walau hanya baying
Bila ingat lagi saat-saat indah
Seperti dulu kala kita bersama
Apa artinya diriku ini
Walau ku dapat tak mungkin ku miliki
Karena selingku cinta … jadi nyata.
BAYANG-BAYANG DI UJUNG MALAM
Karya : Rury Rahman
Damba ku dalam khayal ku.
Masih terbayang di pelupuk mata ini, Senyum manis mu,
rambut panajngmu yang tergerai, bahkan masih terasa detak-detak sepatumu yang
selalu mengiringi detak jantungku.
Saat itu, dan sampai saat ini cinta di hatiku masih
terusmembawa untukmu, meski ku tahu kau telah ada yang punya, dan untuk mendapatkan
cintamu, itu tak mungkin.
Mala mini … lewat mata hatiku , ingin ku ucapkan terima
kasih atas perhatian dan kasih sayangmu sebagai sahabatku, walaupun dalam
persahabatan kita …. Aku merasakan cintamu.
Kekasihku dalam khayalku, kadang ku sesali pertemuan
kita,
Namun …. Tak mungkin ku sesali cinta yang tumbuh
Biarpun cintamu hana ku dapatkan dalam khayal ku
Cinta … karunia dari Nya
Tak mungkin ku bunuh dan menghindarinya
Biarpun cinta ini tumbuh, biarkan aku memiliki dirimu
dalam khayalku,
biarkan ku jaga cinta ini hingga menjadi butiran mutiara.
HALUSINASI BIRU
Karya : Rury Rahman
Hamparan kabut mengurungku dalam sepi
Hilanglah arah tak lagi tentu rimbanya
Ku coba tapaki jalan yang berlubang dan basah
Karena masih tersisa sedikit harap untuk kembali
Dan ….. menemukan jalan kembali
Terduduk aku …. karena letih
Keringat berubah menjadi butiran air mata
Harapan bergulir menjauh dari diriku
Aku tersipu dalam kesendirian
Aku tertipu dalam duniaku yang hilang
Di mana tawa dan canda bocah-bocah
Dimana bahagia yang di damba setiap umat
Tak pernah ku dapatkan lagi
Sepi ini ingin ku nikmati
Sunyi ini yang kurangkai menjadi melody
Akan ku carikan lirik menjadisebuah senandung
Biar hidup ini berarti , meski. …
Jalan ini tak pasti.
SAAT KU CARI DAMAI
Karya : Rury Rahman
Cahaya sudi menerangi gelapku
Senanadung Illlahi memanggilku lirih
Mengajak ku kembali kepada Nya
Membuka catatan
dosa yang memenuhi diary kehidupan masa silam
Menorehkan berjuta penyesalan akan dosa dan kekhilafan
Baru ku mengerti langkah ku selama ini
Terlalu jauh berlari dari garis Mu
Maafkan daru dan dalam runganku
Ampuni dosa ku
Sadar diriku dosa dan salah berbuah cobaan yang berat
untuk ku
Di sini ku boca cari damai ku
Damai bak hari lalu …kala masih dalam pelukan Ayah dan
Ibu
Namun kini mereka ada dalam peluk Mu.
KETIKA SEGALA NYA KANDAS
Karya : Rury Rahman
Ku tarik lagi tali layarku
Biarkan kembali kuncup
Karena angin tak lagi mau bertiup
Biduk terombang ambing di tengah hempasan gelombang
Nakhoda ku tak mampu membaca Peta
Perlahan karam biduk kecil ku
Tenggelam di bawah samudera
Bersama beban di geladak
Hampir-hampir menjadi sampai
Tak sempat titipan ini sampai ke dermaga
Atau pun ke pantai indah nun jauh di sana
Apalagi bintang gemintan
Terlalu jauh untuk ku genggam
Akupun akhirnya terpuruk diantara karang
Dan ….ancaman Hiu siap memangsaku
Biarkan kembali kuncup
Biarkan semua kandas
Harus aku relakan …. Biarkan dan biarkan
KABUT SENJA
Karya : Rury Rahman
Pekat menyelimuti bumi
Kucoba menerobos kabut nan pekat
Tak ada setitik pun keraguan
Meski setitik harap bersinat redup
Tak jua goyakan tekadku tuk rengku hatinya
Karena bunga rindu …
Karena bunga cinta ….
Terlanjur bermekaran di sanubari yang nyaris gersang
Harum nya melenakankan ku … membuai sukma
Menghanyutkan angan melambung jauh
Seketika … kabut menghilang
Seiring raib nya seraut wajah
Yang salama ini selalu membayang
Haruskah menyesal
Haruskah menangis
Haruskah berduka
Tidak ……. Tak perlu beduka
Kenyataan ini fakta ceria cinta
Ketabahan … dasar ketegaran menghadapi dilemma
Biarkan pekat di senja itu menjadi sebuah mimpi
Biatkan cinta dan rindu bergejolak
Hingga diam dan beku
Biarkan ia menjadi mutiara yang berkilau
Selamanya
Seiring senandung duka yang bergema
{Palembang 30 September 1997}
G E L O R A
Karya : Rury Rahman
Resah di jiwaku apa sebab nya
Mengapa obsesi seraut wajah mengejar sukma
Adakah ini Cinta …?
Sementara resah makin menggelora
Karena penentian terlalu lama
Ku cari jawa atas segala gundah
Berjalan sendiri mencari selaksa makna
Tak ada sinaran ….. semua gulita
Pekat …. Sepekat kabut di pagi buta
Biarkan resah ini … biarkan
Sisi gelap ini adalah fakta
Setitik cahaya masih fatamorgana
(Palembang,
19 September 1997)
BELENGGU
SERAUT WAJAH
Karya : Rury Rahman
Karya : Rury Rahman
Jumpa suatu senja dalam suatu masa
Ada getar sukma menggoda
Menggundang jiwa setegar karang
Bius dan pesona yang kau bawa
Bagai anak panah tepat pada sasarannya
Airmata wintu mengalir seketika
Meluluhkan sukma yang beku sudah
Dimana ada jawab …?
Cuma dirimu yang tahu …..
(Palembang 19 September 1997)
UNTUK SEBUAH NAMA
Karya : Rury Rahman
Baying-bayang mu tersenyum padaku
Melirik tajam menggelitik suka
Aku terlena dalam diamku
Rindu di jiwaku mengguris kalbu
Adakah ini cinta ?
Atau obsesi belaka
Tak lagi aku mengerti
Tak lagi sempat aku bergikir
Karena yang ada hanya selaksa harap
Kita dapat jumpa meski sekelip mata .
(Palembang, 15 September 1997)
S A H A B A T
Karya : Rury Rahman
Karya : Rury Rahman
Dia adalah sahabatku
Bahkan lebih …..
Dia adalah yang di bunuh dating padaku
Ku hitung semua lukanya
Seratus bahkan lebih dari seribu
Tercabik-cabik berhamburan
Pagi buta dia
berangkat diam-diam
Sebutir peluru yang tertinggal dibawah bantal nya
Ku ambil … ku jadikan kalung
Lalu …. Ku kenangkan …
SENANDUNG DESEMBER
Karya : Rury Rahman
Kala terompet berbunyi dengan irama tak menentu
Kala terompet berbunyi dengan irama tak menentu
Taku terpaku dan terdiam ….
Ku coba renungi perjalan hidupku yangpenuh liku
Ada suka.. ada duka, dan …. ada nestapa
Ada keberhasilan dan banyak juga kegagalan
Kan ku coba perbaiki cita ku dan demi mewujudkan impian
ayah ku
Ayah …. Maafkan ….
Tahun ini anank mu kembali gagal
Tapi bukan untuk selama nya
Anak mu akan berusaha mewujudkan impian mu
Yakin lah … ayah ….
Suatu saat kau akan melihat anakmu
Memakai toga ……aku berjanji ….
(Benteng Kuto Besak, 31 Desember 1997)
RENUNGAN DIPEKAT MALAM
Karya : Rury Rahman
Ya Allah …..
Berapa banyak lagi problema yang akan dating pada ku
Hamba tak kuat tuk mengalahkan semua ini
Hamba ingin berlari dan pergi …
Tapi kemana … Ya Allah …
Kemanapun hamba pergi … selalu dating problema lain
Adakah ini hidupku akan selalu didera, di siksa dan di
coba
Adakah salah dan dosa penyebab segala nya
Ya Allah ….
Hamba tak ingin meneteskan air mata
Namun kepedihan hidup memaksa untuk menangis
Hamba tak mampu menghadapi segalanya
Haruskah pasrah dan menerima apa adanya
Sementarahidup dan kehidupan merupakan perjuangan
Berikan hamba kekuatan tuk hadapi segala nya
Biarkan bahagia itu dating menjelang.
(Palembang, Juli 1996)
TERBAWA EMOSI
Karya : Rury Rahman
Senja merah menghiasi perkenalan kita
Senja merah menghiasi perkenalan kita
Tak ku duga … ku terpesona pada pandang pertama
Lalu ku nyatakan getar-getar cinta di dada
Dan kau terima dengan apa adanya
Tapi … bila ternyata ku coba meredam kembali getar di
dada ku
Bukan berarti ku ingin menyakiti
Karena ku tahu kau tak akan setia
Maakan atas segala nya
Bukan maksud ku mempermainkan perasaan mu
Akupun merasa di permainkan…
TEMBANG KEMATIAN
Karya : Rury Rahman
Kabut bergumpal hitam
Kabut bergumpal hitam
Terbang jauh tertiup bayu
Sekeliling tiba-tiba kelam
Gelap pekat tak ada yang tertangkap mata
Tetesan pelu adalah regangan nyawa
Bulu-bulu kuduk berdiri menatap ku
Yang sekarat dan semakin lemah
Tak lagi mereka dapat menahan
Karena jerat ilahi telah memanggil
Tak mungkin ku tolak lagi
Air mata yang mengalir tak jelas maknhanya
Bahagia … duka atau hinaan pada jasad yang terbujur
Dosa yang ku bawa adalah nyata
Amal ibadah tak
tentu rimba nya
Karena hidup adalah kehidupan
Terbawa kerlap kekrlip lampu kota
Kini … tak perlu ku sesali
Karena khilaf dan lsalah tak mungkin dimaafkan lagi
Awal kehidupan pahit rasa nya
Awal kehidupan getir ku rasa
Akhir kehidupan pahit rasanya
Pasrah akhir segala nya
TENTANG AKU
Karya : Rury Rahman
Kuceritakan pada angin segala duka ini
Kuceritakan pada angin segala duka ini
Dibawanya pergi entah ke mana
Ku katakana pada awan yang berarak tentang citaku
Dibawanya jauh melayang ke awing-awang
Ku torehkan catatan kegagalan pada air yang mengalir
Tak membekas sedikitpun…….
Tak ada lagi yang mengerti tentang apa yang ada dalam
diriku
Tentang jiwaku, cita ku dan cintaku serta hidup ku
Kapada siapa ku harus bertanya akan perjalanan hari esok
yang masih terlalu panjang
Tak ada lagi tempat ku bercerita dan bertumpu
Hidup bak sebatang kara
Biarkan …. Haruskah ku biarkan semua ini ?
Padahal …. Buku diary ku belum semua tergoreskan tinta
kehidupan
Masih banyak yang tersisa
Adakah obsesi hanya sampai disini … ?
Atau … memang sudah tak punya arti lagi
Impian menggantung tanpa reality
Tak satupun menjelang dalam hidup dan kehidupan ini.
(Palembang, Maret 1997)
M I M P I
Karya : Rury Rahman
Seketika aku tersentak
Seketika aku tersentak
Karena hatiku telah luluh lantak
Ingin bangkit dan berlari
Namun kaki ku bagai lumpuh
Keringat ku darah ….
Deru nafasku bak deru ombak dalam amarah
Ku terpejam dan ada seraut wajah di situ
Disudut mata sipit yang tak indah
Diantara lentik nya bulu mata yang tak seberapa
Aku terlena …..
Lelap dalam buaian sang bayu
Dan kau datang dengan tersenyum
Tapi bukan untuk ku
Tertipu……..
Begitu ucapku dalam mimpi ku
ELEGI RINDU BUAT YULLI
Karya : Rury Rahman
Bergulir waktu tak jua mampu lepaskan aku
Bergulir waktu tak jua mampu lepaskan aku
Dari bayang-bayang mu yang terus membuntutiku
Dalam mimpiku kau selalu hadir dengan senyum mu
Senyum yang tak ku tahu apa makna nya
Detak sepatu mu sering kali mengiringi detak jantung ku
Tak mampu ku luluh kan rasa cinta ku
Karena ku tahu hatiku menyayangi mu
Sikap mu yang acuh menghanguskan impian ku
Kau biarkan aku larut dalam kecewa dan sepiku
Kau berikanpenantian panjang dari sikap mu
Adakah hatiku kan tertipu ?
Ku nantikan jawaban dengan sejuta peluh di tubuhku
Dan aku pun kembali dalam bingkai mimpi ku
Yang tak pernah ada potret mu.
UNTUKMU GURUKU
Karya : Rury Rahman
Hari demi hari berganti
Hari demi hari berganti
Enam tahun terlewati tanpa terasa
Enam tahun kau didik aku
Kau bimbing aku dengan sejuta pelu
Tanpa merasa lelah dan jemu
Dalam kelelahan kau tersenyum
Meski kesal mu karena ku….
Kau didik aku bagai anak mu sendiri
Hingga segala ilmu tercurah padaku
Namun kini aku harus pergi
Karena cita-cita ku tak hanya sampai disini
Ku ucap terima kasih untuk mu
Ku ucap doa tulus untuk mu
Ku ucapkan selamat tinggal
PUING-PUING KEHANCURAN
Karya : Rury Rahman
Kala cinta ku begitu menggebu pada mu
Kala cinta ku begitu menggebu pada mu
Kau sambut uluran tangan ku
Angan pun melayang jauh terbawa awan berarak
Tapi mengapa pada saat kuncup hati ku mekar
Kau campakan aku dalam lumpur kedukaan
Butir cinta pun kini mengkristal
Hancur akhir nya di telan kepedipan
Kekecewaan yang dalam membuat ku larut
Hari yang indah sirna seketika
Kini tinggal sekeping jiwa hampa
Bahagialah bersama nya
Biarkan abadi cinta ini
Diantara hati penuh kecewa.
DAMBA KU YANG HILANG
Karya : Rury Rahman
Kau pesona hati yang ku damba dan ku impikan
Kau pesona hati yang ku damba dan ku impikan
Namun hingga kini belum ku miliki
Jangan kan raga … jiwa pun terasa jauh
Ingin ku rengkuh tapi ku tak mampu
Dembaku kekasih dalam mimpi ku
Kapan berakhir angan ini
Sementara waktu terus berpacu
Akupun larut dalam pasrah ku
Dalam harapan yang tak pasti
Hanya satu tekad hatiku
Suatu saat kau jadi milik ku
Biarlah kau milik ku dalam angan saat ini
Asalkan nanti ku tak bermimpi lagi
Damba ku yang Hilang
Cinta ku abadi dan tak akan pudar
Selamanya dan untuk selamanya
PERNIK-PERNIK KEHIDUPAN
Karya : Rury Rahman
Dengan sorot mata mu yang tajam
Kau tatap setiap insane yang melintas di depan mu
Seakan ingin kau telan habis
Tatap mu tak mampu sembunyikan nafsu di dada mu
Gerak langkah mu selalu mencari cinta semu
Cinta diantara kepedihan dan luka yang menyiksa
Ingin mengelak dan lari dari kenyataan
Tetapi sulit bagi mu
Gejolak yang ada di dadamu terus menjerat
Nafsu membawa tetap akan menyeret mu
Hingga … pelataran menjadi tumpuan kebahagiaan
Lampu jalanan jadi saksi hidup mu
Kau pun semakin terlena dan di buai angkara
Canda dan tawa diantara sesame mampu lepaskan diri dari
himpitan problema
Lepaslah resah … Luluhkan asa
Lupakan diri yang kan terhina selamanya
Sampai kapan semua…tak ada yang tahu
Tidak kau .. tidak mereka …tidak semua …
Pasrah adalah akhir segala nya
Karena kemanapun lari ….
Kau akan tetap kembali pada realita.
MERANGKAI HARI
Karya : Rury Rahman
Satu nama terpatri di hari Dan berakarlah sudah
Adakah akan abadi menghias hari ini
Atau mungkin hanya sesaat saja ia bersemayam di dada
Ku hanya berharap akan keabadian sebuah nama
Kan ku coba menjaga nya
Tanpa berpaling pada cinta yang lain
Biarkan dia tumbuh dan tumbuh
Sampai putik cinta menjadi buah rindu
(Palembang, Mei 1997)
POTRET CINTA
Karya : Rury Rahman
Binar-binar duka lepaslah sudah
Berganti suka serta canda
Ada getar lain di hati
Bukan gejolak amarah
Tidak juga benci apalagi dendam
Karena kepahitan masa lalu
Cinta yang hadir kini
Ku harap membawa bahagia abadi
Biarkan tali emas mengikat erat
Hingga potret yang dulu retak
Berganti bingkai emas
{Palembang, Juni 1997}
KU TAHU CINTA MU SEMU
Karya : Rury Rahman
Kendi airmata penuh sudah,Isinya pun terlanjur tumpah
Tiada salah pelaminan cinta terlihat mata
Karena yang kulihat disana dia yang ku cinata
Luluh lantak jiwa raga seketika
Melihat kenyataan cinta yang terhempas
Melihat nakhoda mu membawa cinta yang lain
Ternyata ….
Ternyata jiwamu terlalu rapu … cinta mu terlalu palsu
Kilau harta membuat dirimu terlena
Dan hanyut di tengah arus cinta nya
Tinggalkan janji untuk bersama
Lepaskan kata cinta yang pernah terucap
Cinta begitu kejam …..
Dia dating tanpa ku duga
Dia dating bawa bahagia
Dan …..
Dia pergi tinggalkan sejuta luka
Terlalu parah ……
KERETA MALAM
Karya : Rury Rahman
Kereta datang tengah malam
Kau coba langkahkan kakimu yang letih
Terseok kau berjalan dengan setumpuk beban
Penuh harap ada pagi yang cerah
Dan setumpuk bahagia
Menukar beban berat yang kau bawa
Namun …Semua masih impian
Andaikan tak jadi kenyataan
Tak perlu ada penyesalan tentang kehidupan
Bukankah ini suatu perjalanan
Yang pasti akan ada akhirnya
Biarkan yang kuasa menentukan
{Palembang, Nopember 1996}
DOSA SIAPA
Karya : Rury Rahman
Tabir transparan tertiup bayu dini hari
Hampir tersingkap ….
Ada resah di balik nya
Duka dan kepedihan terlihat samar
Biarkan tabir tersingkat, ….katanya
Bukankah semua terlanjur terlihat
Tertangkap mata umat sejuta
Mencamooh dan memaki habis
Kalaupun terucap
Tak ku dapat jawab nya
P E R O N
Karya : Rury Rahman
Peron yang kumuh dan kusam
Mengantarkan sukmaku jauh melayang
Khayal seakan terbawa susunan panjang
Yang bergerak dan melaju dengan kencang
Adakah ini hanya angan ….
Atau ….
Mungkin suatu saat akan jadi kenyataan
Tak ada yang tahu apa yang terjadi
Karena perjalanan masih panjang
Seperti susunan panajang yang meninggalkan
Kini …Peron itupun ku tinggalkan
Tak perduli pada mereka yang kan dating
{Palembang, Nopember 1996}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar