SUKA DAN DUKA ITU BEDA TIPIS
Karya Gusrini Diana Safitri
Terlahir sebagai manusia yang anggota tubuhnya tidak utuh bukanlah keinginanku. Siapapun aku rasa tak ingin bernasib sama denganku. Berjalan harus menggunakan dua buah tongkat yang harus siap menopang tubuhku karna aku hanya memiliki satu kaki.
Dara, begitulah orang-orang memanggilku. Aku dilahirkan oleh seorang manusia yang berhati malaikat yang selalu aku panggil dengan sebutan “IBU”.
Meskipun anggota tubuhku tak utuh, tapi aku selalu berusaha hidup normal seperti teman-temanku yang lain. Sejak kecil aku selalu mendapat hinaan dari teman-temanku. “Si Pincang” itulah julukan yang selalu aku sandang setiap hari..
Dara, begitulah orang-orang memanggilku. Aku dilahirkan oleh seorang manusia yang berhati malaikat yang selalu aku panggil dengan sebutan “IBU”.
Meskipun anggota tubuhku tak utuh, tapi aku selalu berusaha hidup normal seperti teman-temanku yang lain. Sejak kecil aku selalu mendapat hinaan dari teman-temanku. “Si Pincang” itulah julukan yang selalu aku sandang setiap hari..
Suka dan Suka Itu Beda Tipis |
Alhamdulillah aku diizinkan untuk sekolah ditempat orang normal seperti teman-temanku. Kini aku duduk dibangku Sekolah Dasar, aku sering pulang sekolah dengan pipi yang sudah dibasahi air mata karna tak tahan menahan emosiku akibat cemoohan teman-temanku. Tapi lama-kelamaan aku kebal juga, aku sudah terbiasa dengan cemoohan, hinaan atau apalah yang selalu aku dengar tentang diriku.
“Kamu sempurna nak, sempurna itu dimata Allah, bukan dimata manusia. Kamu gak pernah buat ibu nangis karna kata-kata kasar kamu ke ibu, kamu gak pernah buat ibu nangis karna kebandelan kamu, atau sifat-sefat jelek yang manapun. Ibu selalu menangis hanya saat mengambil rapot kamu disekolah, saat ibu membaca tulisan Juara Satu dirapot kamu. Disitulah ibu selalu meneskan air mata. Disekeliling kamu banyak cobaan, tapi kamu slalu bisa membanggakan ibu dan ayahmu”. Itulah yang diucapkan ibu saat kelulusanku dari SD.
Walaupun aku terlahir dengan keterbatasan, tapi itu tak menghalangi aktivitasku untuk mencapai cita-citaku. Tentu saja dengan belajar dan kerja kerasku serta Doa kedua oraang tuaku.
Hari ini aku masuk keduniaku yang baru, dimana sekarang aku gak pakai rok merah lagi, tapi pakai rok biru dongker.
Tapi disini kesabaranku harus diuji. Disaat teman-teman yang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi banyak hal yang selalu menghambatku, yaitu keterbatasanku untuk berjalan. Saat pertama masuk SMP dipembagian ekstrakurikuler aku hanya terpaku, ekstra apa yang akan aku ambil??
Aku sering lihat pramuka. Aku ingin ikut pramuka, tapi aku tak bisa, bagaimana nanti kalau ada kemah?? Haeking?? Pasti aku gak bisa.
“Dara ikut Ekstra apa??”. Sapa suara itu padaku.
“Blom tau”. Kataku sambil menggelengkan kepalaku seraya melihat kearah teman-teman yang sibuk memilih ekstrakurikulernya masing-masing.
“Kok belum tau??, ikut aku aja yuk, aku ambil ekstrakurikuler pramuka”.
Sejenak kupandangi wajah itu, “Tapi aku gak bisa”. Kataku sambil melihat kekakiku.
“Ayo ikut aku”. Tangannya menarik tanganku sambil membantu aku berdiri, lagi-lagi kutatap wajah itu, wajah yang tampan. Setidaknya itu penilaian pertamaku tentang fisiknya, namanya juga masih SMP yang dinilai pertama slalu fisik.
“Jangan menatapku seperti itu, apa kamu takut sama aku?? Oh iya, kita belum kenalan secara langsung, tapi kan tadi udah kenalan dikelas namaku Danil”. Dya tersenyum sambil mengulurkan tangannya padaku.
Baru kali ini ada seorang teman yang mengulurkan tangannya padaku untuk menjadi temanku. Danil, dia teman pertamaku, sekaligus yang mengawali cerita cintaku.
Cinta Monyet, itu kali ya yang pantas buat anak SMP. Walaupun kakiku hanya satu, tapi perasaanku kan juga sama seperti anak-anak yang lain. Aku juga bisa merasakan dag-dig-dug saat ditatap laki-laki, ya walaupun yang pernah menatapku seperti itu barulah Danil.
Aku bisa merasakan anugrah terindah dari Allah, yaitu Cinta. Aku merasakannya semenjak aku kenal dengan Danil. Danil yang sangat baik padaku. Ya walaupun hanya perasaanku yang aku tau, tapi aku tak tau perasaan Danil padaku.
Berkat bantuan Danil aku bisa ikut Ekstrakurikuler pramuka, tapi setiap ada perkemahan aku tak pernah ikut, tapi aku cukup senang, karna aku dinobatkan menjadi anggota pramuka putri terbaik disekolahku.
Hari-hari aku jalani slalu dengan Danil, karna memang dialah Sahabatku satu-satunya.
Kelulusan. Ya, hari ini aku melepas rok biru dongker ku, dan sebentar lagi aku akan mengenakkan rok abu-abu.
“Dara, aku mau pamit ya”. Kata Danil siang itu padaku, disaat aku tengah sibuk mempersiapkan persyaratan untuk ku masuk ke SMA yang tlah aku pilih sebagai sekolahku nanti.
“Pamit?? Pamit kemana Danil??”. Tanyaku kaget.
“kamu kan tau kalau ayahku bukan orang Indonesia sama seperti ibuku, ayahku kan orang belanda, jadi sekarang ayah putuskan aku untuk melanjutkan SMA di negrinya, aku sudah menolak, tapi ayah tak mau mendengarkan kata-kataku”.
Aku tertunduk, tak terasa air mata itu jatuh lagi, apa hanya sampai disini senyum yang bisa aku tebarkan bersama seorang SAHABAT??? Danil sahabatku satu-satunya, tapi kenapa harus meninggalkanku begitu jauh??
“Pergilah Danil, raihlah cita-citamu disana, aku disini pasti akan slalu mendoakanmu, jangan lupakan persahabatan kita ya”. Jawabku sambil tersenyum dan mengarahkan kelingking kananku kearah Danil. Melihatku tersenyum seperti itu Danil menagis, dya tak membalas jari kelingkingku, tapi dia memelukku.
“Aku gak akan pernah lupakan kamu Dara”. Kata Danil sambil memelukku”
Haruskah kumulai dari awal lagi????? Masih adakah orang yang mau bersahabat denganku seperti Danil??
Hari ini Masa Orientasi Siswa dimulai, tapi karna fisikku tak normal seperti mereka, aku diistiharatkan saja sambil melihat teman-teman yang sedang MOS. Aku duduk disebuah bangku dibawah pohon rindang sambil melihat-teman yang sedang MOS.
“Kamu terlihat makin cantik dengan mengenakkan rok Abu-abu”. Sapa suara itu padaku sambil duduk disebelahku.
Sepertinya aku kenal suara itu, perlahan aku menolehkan kepalaku, ya Tuhaaan, aku gak mimpi kan??? Aku kucek mataku, tetap sama, “Daniiiiilll” teriakku sambil langsung memeluknya.
“Kenapa kamu bisa ada disini??”
“Ceritanya panjaaaaannng banget, pokonya aku berhasil membujuk papa untuk aku tetap sekolah disini, senangkan bisa ketemu aku lagi??”
“Yee PD, jadi kamu sekolah disini??”
“Iya donk, malah nantinya kita juga bakal satu kelas lagi??”
“Yang bener Nil??
“iya donk”.
Allah itu gak pernah tidur, dia memberiku keterbatasan anggota tubuh, tapi dia tak pernah memberiku keterbatasan kebahagiaan, trimakasih ya Allah. Semuanya telah kembali seperti semula, tak ada yang hilang lagi dari diriku.
Hari-hari baruku sebagai Siswa SMA baru dimulai. Tapi perasaanku pada Danil bagaimana?? Perasaan yang telah aku pendam sejak SMP. Terkadang aku sempat berfikir, gak mungkin Danil bisa menyukaiku, dia pintar, baik, tampan, kaya, masa mau sama aku yang cacat begini. Tapi entahlah, tah apa yang ada dalam fikiran Danil, tah bagaimana dia menilaiku, aku tak tau.
Alhamdulillah, dari kelas satu SD hingga sekarang aku berhasil meraih juara satu dikelasku, dan untuk pramuka sekarang aku sudah menjadi anggota Dewan Kerja Daerah, walaupun aku baru SMA, dan berkat hobby aku menulis, sekarang aku punya banyak kayra cerpen, cerbung, berhasil memnyelesaikan Novel pertamaku, dan memenangkan lomba buat cerpen antar sekolah se Provinsi.
Hari ini hari ulang tahunku yang ke 17, bertepatan dengan peluncuran Novel dan cerpen-cerpenku yang diadakan langsung oleh sekolahku. Ada kebahagiaan yang tak bisa aku lukiskan disini. Danil berjanji akan memberikan kado istimewa padaku. Aku tak sabar, kado apa yang akan diberikan Danil padaku??
Aku tak sabar menunggu Danil diruangan gedung yang digunakan untuk acara peluncuran Novel dan Cerpen-cerpenku, aku putuskan untuk menunggu diluar ruangan. Sayup-sayup kulihat Sepeda motor Danil yang melaju kearahku. Tak sanggup lagi aku menahan senyum yang sedari tadi slalu menghiasi bibirku, apalagi setelah melihat Danil datang.
“Tidaaaaaaaaaak”. Teriakku saat sebuah truk yang melaju kencang dipersimpangan jalan itu langsung menghantam tubuh Danil hingga ia terpental ke pinggir jalan, sementara ada sebungkus kado yang juga ikut terpental bersama tubuh Danil.. Senyum yang tadi menghiasi bibirku kini berganti dengan untaian air mata. Aku berlari mengejar Danil semampuku dengan kedua tongkatku, semua orang yg ada digedung juga keluar untuk menghampiri Danil, Tapi Danil tak bisa diselamatkan lagi, dia meninggal ditempat.
“Tuhaaaannn, kau selipkan duka diantara kebahagiaanku hari ini, tapi duka ini jauh lebih besar dari pada bahagia yang aku rasakan”. Aku menangis, sambil memeluk jenazah Danil yang bersimbah darah.
Esoknya aku dan teman-teman yang lain mengikuti upacara pemakaman danil, tak dapat ku nafikan air mata ini sukar tuk ku tahan.
Aku ingat kado yang dibawa Danil yang waktu setelah kecelakaan itu sempat aku bawa pulang. sepulang dari acara pemakaman Danil, aku buka kado itu. Ya Tuhaaan, sebuah karikatur gambar aku dan Danil, dan banyak foto-foto aku dan Danil mulai sejak pertama kami kenal waktu SMP hingga foto terakhir kami yaitu sehari sebelum dia kecelakaan. Dan ada sepucuk surat yang membuat aku benar-benar tak dapat berkutik dan tak dapat bersuara.
“Selamat ulang tahun cantik.. Semoga di ultah kamu yang ke 17 ini kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang sebenar-benarnya bahagia. Selamat ya peluncuran novel pertamanya, dan selamat atas kemenangan lomba buat cerpennya. Kamu memang sahabat aku yang paaaaallling pintar dan paling membanggakan.. oh ya, minggu depan kita Pramukanya keluar negri, kamu jadi ikut kan??.. Hmmm, satu lagi, sebenarnya akuuuuuu, gimana ya bilangnya, pokonya “I Love You” deh.. ntar habis acara ini aku akan nembak kamu secara langsung.. hehe”..
Harus ku hapus pakai apalagi air mata ini??, rasanya tak sanggup lagi aku menghapusnya, sudah terlalu banyak keluar air mata ini. Ternyata Danil juga merasakan hal yang sama sepertiku.
Tapi aku tak bisa selalu begini, semuanya harus berlalu tanpa Danil, dan kali ini untuk selamanya, bukan seperti saat dia hendak meninggalkanku ketika mau sekolah keluar negri.
Kelulusan lagi, kali ini kuambil ijazahku sendiri. Tak seperti waktu kelulusan SMP, yang masih ada Danil. Aku berencana melanjutkan kuliahku dijurusan sastra. Aku mau melanjutkan berkarya dibidang sastra.
Seperti biasanya, waktu disekolah ketika MOS aku hanya duduk sambil melihat teman-temanku, dan sekarang OSPEK aku juga hanya bisa melihat teman-teman.
“kalau boleh tau, ada apa dengan kaki kamu??”. Sapa suara yang tiba-tiba meyapaku dari samping. Aku tertunduk, ada rasa malu dan sedih saat aku mendengar pertanyaan itu, lagi-lagi air mata itu menetes.
“Maaf, aku gak bermaksud membuat kamu sedih, dari tadi aku perhatikan kamu sesekali melihat kaki kamu, dan sesekali melihat teman-teman kamu yang sedang OSPEK, makanya aku hampiri kamu kesini, aku Galih senior kamu disini, aku mahasiswa Sastra”. Kata pria itu sambil mengulurkan tangannya.
“Aku Dara”. Kataku kemudian dan menceritakan tentang kakiku itu padanya.
Mungkin aku salah waktu bilang Allah menyelipkan duka dikebahagiaanku, ternyata itu memang takdir dalam hidupku. Hingga sekarang aku dipertemukan dengan Galih. Terkadang sempat terlintas olehku wajah Danil saat ku melihat wajah Galih, karna harus ku akui, ada kemiripan diantara mereka berdua, sifat-sifatnya juga banyak yang mirip. Apa Galih orang yang diutus Allah sebagai pengganti Danil buatku?? Semoga saja begitu.
Senyumku kembali terukir, dan perstasi kembali ku ukir juga. Aku mendapat penghargaan dari kepramukaan, Cerpen dan novel karyaku semakin banyak mengisi majalah-majalah dan bermacam tabloid, di kampus aku juga sebagai mahasiswa teladan. Sujud syukur padamu Ya Allah. Tapi tak dapat aku pungkiri, terkadang masih sempat terlintas senyuman Danil dimataku. Karna kebahagiaanku banyak dimulai dari dia.
Tak terasa empat semester tlah aku lalui, dan hubunganku dengan Galih semakin dekat, dia malaikat baru dalam hidupku yang kini jadi pacarku. Dulu aku sempat minder karna aku cacat fisik, tapi dia tak pernah peduli dengan itu semua. Syukurlah.
Hari ini Galih membawaku kesebuah tempat yang sangat special. Suasananya juga sangat special, Galih menyuruhku duduk diatas sebuah kursi, dan dia duduk dihadapanku.
“Dara, maukah kamu memakai cincin ini??”. Galih menunjukkan sebuah cincin dihadapanku. Air mata itu ada lagi. Tah apa maksudnya, tapi kali ini aku bahagia sekali. Ku anggukkan kepalaku tanda setuju, dan Galih pun memasangkan Cincin itu padaku.
“setelah aku wisuda nanti, aku akan langsung cari kerja, dan setelah kamu wisuda, aku akan melamar kamu”. Ucap Galih sambil mencium tanganku.
Aku memang tak sanggup berkata apa-apa lagi, hanya air mata kebahagiaan inilah yang menggambarkan perasaanku saat ini. Galih memelukku dan aku pun menangis dipelukannya.
Kebahagiaan itu tak memilih-milih orang sebagai tempat yang akan ia singgahi. Keyakinan ku dulu terbukti, “Dulu ku tampung air mata kesedihan, dan sekarang saatnya aku tak mampu menahan air mata kebahagiaan.”
“Kamu sempurna nak, sempurna itu dimata Allah, bukan dimata manusia. Kamu gak pernah buat ibu nangis karna kata-kata kasar kamu ke ibu, kamu gak pernah buat ibu nangis karna kebandelan kamu, atau sifat-sefat jelek yang manapun. Ibu selalu menangis hanya saat mengambil rapot kamu disekolah, saat ibu membaca tulisan Juara Satu dirapot kamu. Disitulah ibu selalu meneskan air mata. Disekeliling kamu banyak cobaan, tapi kamu slalu bisa membanggakan ibu dan ayahmu”. Itulah yang diucapkan ibu saat kelulusanku dari SD.
Walaupun aku terlahir dengan keterbatasan, tapi itu tak menghalangi aktivitasku untuk mencapai cita-citaku. Tentu saja dengan belajar dan kerja kerasku serta Doa kedua oraang tuaku.
Hari ini aku masuk keduniaku yang baru, dimana sekarang aku gak pakai rok merah lagi, tapi pakai rok biru dongker.
Tapi disini kesabaranku harus diuji. Disaat teman-teman yang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi banyak hal yang selalu menghambatku, yaitu keterbatasanku untuk berjalan. Saat pertama masuk SMP dipembagian ekstrakurikuler aku hanya terpaku, ekstra apa yang akan aku ambil??
Aku sering lihat pramuka. Aku ingin ikut pramuka, tapi aku tak bisa, bagaimana nanti kalau ada kemah?? Haeking?? Pasti aku gak bisa.
“Dara ikut Ekstra apa??”. Sapa suara itu padaku.
“Blom tau”. Kataku sambil menggelengkan kepalaku seraya melihat kearah teman-teman yang sibuk memilih ekstrakurikulernya masing-masing.
“Kok belum tau??, ikut aku aja yuk, aku ambil ekstrakurikuler pramuka”.
Sejenak kupandangi wajah itu, “Tapi aku gak bisa”. Kataku sambil melihat kekakiku.
“Ayo ikut aku”. Tangannya menarik tanganku sambil membantu aku berdiri, lagi-lagi kutatap wajah itu, wajah yang tampan. Setidaknya itu penilaian pertamaku tentang fisiknya, namanya juga masih SMP yang dinilai pertama slalu fisik.
“Jangan menatapku seperti itu, apa kamu takut sama aku?? Oh iya, kita belum kenalan secara langsung, tapi kan tadi udah kenalan dikelas namaku Danil”. Dya tersenyum sambil mengulurkan tangannya padaku.
Baru kali ini ada seorang teman yang mengulurkan tangannya padaku untuk menjadi temanku. Danil, dia teman pertamaku, sekaligus yang mengawali cerita cintaku.
Cinta Monyet, itu kali ya yang pantas buat anak SMP. Walaupun kakiku hanya satu, tapi perasaanku kan juga sama seperti anak-anak yang lain. Aku juga bisa merasakan dag-dig-dug saat ditatap laki-laki, ya walaupun yang pernah menatapku seperti itu barulah Danil.
Aku bisa merasakan anugrah terindah dari Allah, yaitu Cinta. Aku merasakannya semenjak aku kenal dengan Danil. Danil yang sangat baik padaku. Ya walaupun hanya perasaanku yang aku tau, tapi aku tak tau perasaan Danil padaku.
Berkat bantuan Danil aku bisa ikut Ekstrakurikuler pramuka, tapi setiap ada perkemahan aku tak pernah ikut, tapi aku cukup senang, karna aku dinobatkan menjadi anggota pramuka putri terbaik disekolahku.
Hari-hari aku jalani slalu dengan Danil, karna memang dialah Sahabatku satu-satunya.
Kelulusan. Ya, hari ini aku melepas rok biru dongker ku, dan sebentar lagi aku akan mengenakkan rok abu-abu.
“Dara, aku mau pamit ya”. Kata Danil siang itu padaku, disaat aku tengah sibuk mempersiapkan persyaratan untuk ku masuk ke SMA yang tlah aku pilih sebagai sekolahku nanti.
“Pamit?? Pamit kemana Danil??”. Tanyaku kaget.
“kamu kan tau kalau ayahku bukan orang Indonesia sama seperti ibuku, ayahku kan orang belanda, jadi sekarang ayah putuskan aku untuk melanjutkan SMA di negrinya, aku sudah menolak, tapi ayah tak mau mendengarkan kata-kataku”.
Aku tertunduk, tak terasa air mata itu jatuh lagi, apa hanya sampai disini senyum yang bisa aku tebarkan bersama seorang SAHABAT??? Danil sahabatku satu-satunya, tapi kenapa harus meninggalkanku begitu jauh??
“Pergilah Danil, raihlah cita-citamu disana, aku disini pasti akan slalu mendoakanmu, jangan lupakan persahabatan kita ya”. Jawabku sambil tersenyum dan mengarahkan kelingking kananku kearah Danil. Melihatku tersenyum seperti itu Danil menagis, dya tak membalas jari kelingkingku, tapi dia memelukku.
“Aku gak akan pernah lupakan kamu Dara”. Kata Danil sambil memelukku”
Haruskah kumulai dari awal lagi????? Masih adakah orang yang mau bersahabat denganku seperti Danil??
Hari ini Masa Orientasi Siswa dimulai, tapi karna fisikku tak normal seperti mereka, aku diistiharatkan saja sambil melihat teman-teman yang sedang MOS. Aku duduk disebuah bangku dibawah pohon rindang sambil melihat-teman yang sedang MOS.
“Kamu terlihat makin cantik dengan mengenakkan rok Abu-abu”. Sapa suara itu padaku sambil duduk disebelahku.
Sepertinya aku kenal suara itu, perlahan aku menolehkan kepalaku, ya Tuhaaan, aku gak mimpi kan??? Aku kucek mataku, tetap sama, “Daniiiiilll” teriakku sambil langsung memeluknya.
“Kenapa kamu bisa ada disini??”
“Ceritanya panjaaaaannng banget, pokonya aku berhasil membujuk papa untuk aku tetap sekolah disini, senangkan bisa ketemu aku lagi??”
“Yee PD, jadi kamu sekolah disini??”
“Iya donk, malah nantinya kita juga bakal satu kelas lagi??”
“Yang bener Nil??
“iya donk”.
Allah itu gak pernah tidur, dia memberiku keterbatasan anggota tubuh, tapi dia tak pernah memberiku keterbatasan kebahagiaan, trimakasih ya Allah. Semuanya telah kembali seperti semula, tak ada yang hilang lagi dari diriku.
Hari-hari baruku sebagai Siswa SMA baru dimulai. Tapi perasaanku pada Danil bagaimana?? Perasaan yang telah aku pendam sejak SMP. Terkadang aku sempat berfikir, gak mungkin Danil bisa menyukaiku, dia pintar, baik, tampan, kaya, masa mau sama aku yang cacat begini. Tapi entahlah, tah apa yang ada dalam fikiran Danil, tah bagaimana dia menilaiku, aku tak tau.
Alhamdulillah, dari kelas satu SD hingga sekarang aku berhasil meraih juara satu dikelasku, dan untuk pramuka sekarang aku sudah menjadi anggota Dewan Kerja Daerah, walaupun aku baru SMA, dan berkat hobby aku menulis, sekarang aku punya banyak kayra cerpen, cerbung, berhasil memnyelesaikan Novel pertamaku, dan memenangkan lomba buat cerpen antar sekolah se Provinsi.
Hari ini hari ulang tahunku yang ke 17, bertepatan dengan peluncuran Novel dan cerpen-cerpenku yang diadakan langsung oleh sekolahku. Ada kebahagiaan yang tak bisa aku lukiskan disini. Danil berjanji akan memberikan kado istimewa padaku. Aku tak sabar, kado apa yang akan diberikan Danil padaku??
Aku tak sabar menunggu Danil diruangan gedung yang digunakan untuk acara peluncuran Novel dan Cerpen-cerpenku, aku putuskan untuk menunggu diluar ruangan. Sayup-sayup kulihat Sepeda motor Danil yang melaju kearahku. Tak sanggup lagi aku menahan senyum yang sedari tadi slalu menghiasi bibirku, apalagi setelah melihat Danil datang.
“Tidaaaaaaaaaak”. Teriakku saat sebuah truk yang melaju kencang dipersimpangan jalan itu langsung menghantam tubuh Danil hingga ia terpental ke pinggir jalan, sementara ada sebungkus kado yang juga ikut terpental bersama tubuh Danil.. Senyum yang tadi menghiasi bibirku kini berganti dengan untaian air mata. Aku berlari mengejar Danil semampuku dengan kedua tongkatku, semua orang yg ada digedung juga keluar untuk menghampiri Danil, Tapi Danil tak bisa diselamatkan lagi, dia meninggal ditempat.
“Tuhaaaannn, kau selipkan duka diantara kebahagiaanku hari ini, tapi duka ini jauh lebih besar dari pada bahagia yang aku rasakan”. Aku menangis, sambil memeluk jenazah Danil yang bersimbah darah.
Esoknya aku dan teman-teman yang lain mengikuti upacara pemakaman danil, tak dapat ku nafikan air mata ini sukar tuk ku tahan.
Aku ingat kado yang dibawa Danil yang waktu setelah kecelakaan itu sempat aku bawa pulang. sepulang dari acara pemakaman Danil, aku buka kado itu. Ya Tuhaaan, sebuah karikatur gambar aku dan Danil, dan banyak foto-foto aku dan Danil mulai sejak pertama kami kenal waktu SMP hingga foto terakhir kami yaitu sehari sebelum dia kecelakaan. Dan ada sepucuk surat yang membuat aku benar-benar tak dapat berkutik dan tak dapat bersuara.
“Selamat ulang tahun cantik.. Semoga di ultah kamu yang ke 17 ini kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang sebenar-benarnya bahagia. Selamat ya peluncuran novel pertamanya, dan selamat atas kemenangan lomba buat cerpennya. Kamu memang sahabat aku yang paaaaallling pintar dan paling membanggakan.. oh ya, minggu depan kita Pramukanya keluar negri, kamu jadi ikut kan??.. Hmmm, satu lagi, sebenarnya akuuuuuu, gimana ya bilangnya, pokonya “I Love You” deh.. ntar habis acara ini aku akan nembak kamu secara langsung.. hehe”..
Harus ku hapus pakai apalagi air mata ini??, rasanya tak sanggup lagi aku menghapusnya, sudah terlalu banyak keluar air mata ini. Ternyata Danil juga merasakan hal yang sama sepertiku.
Tapi aku tak bisa selalu begini, semuanya harus berlalu tanpa Danil, dan kali ini untuk selamanya, bukan seperti saat dia hendak meninggalkanku ketika mau sekolah keluar negri.
Kelulusan lagi, kali ini kuambil ijazahku sendiri. Tak seperti waktu kelulusan SMP, yang masih ada Danil. Aku berencana melanjutkan kuliahku dijurusan sastra. Aku mau melanjutkan berkarya dibidang sastra.
Seperti biasanya, waktu disekolah ketika MOS aku hanya duduk sambil melihat teman-temanku, dan sekarang OSPEK aku juga hanya bisa melihat teman-teman.
“kalau boleh tau, ada apa dengan kaki kamu??”. Sapa suara yang tiba-tiba meyapaku dari samping. Aku tertunduk, ada rasa malu dan sedih saat aku mendengar pertanyaan itu, lagi-lagi air mata itu menetes.
“Maaf, aku gak bermaksud membuat kamu sedih, dari tadi aku perhatikan kamu sesekali melihat kaki kamu, dan sesekali melihat teman-teman kamu yang sedang OSPEK, makanya aku hampiri kamu kesini, aku Galih senior kamu disini, aku mahasiswa Sastra”. Kata pria itu sambil mengulurkan tangannya.
“Aku Dara”. Kataku kemudian dan menceritakan tentang kakiku itu padanya.
Mungkin aku salah waktu bilang Allah menyelipkan duka dikebahagiaanku, ternyata itu memang takdir dalam hidupku. Hingga sekarang aku dipertemukan dengan Galih. Terkadang sempat terlintas olehku wajah Danil saat ku melihat wajah Galih, karna harus ku akui, ada kemiripan diantara mereka berdua, sifat-sifatnya juga banyak yang mirip. Apa Galih orang yang diutus Allah sebagai pengganti Danil buatku?? Semoga saja begitu.
Senyumku kembali terukir, dan perstasi kembali ku ukir juga. Aku mendapat penghargaan dari kepramukaan, Cerpen dan novel karyaku semakin banyak mengisi majalah-majalah dan bermacam tabloid, di kampus aku juga sebagai mahasiswa teladan. Sujud syukur padamu Ya Allah. Tapi tak dapat aku pungkiri, terkadang masih sempat terlintas senyuman Danil dimataku. Karna kebahagiaanku banyak dimulai dari dia.
Tak terasa empat semester tlah aku lalui, dan hubunganku dengan Galih semakin dekat, dia malaikat baru dalam hidupku yang kini jadi pacarku. Dulu aku sempat minder karna aku cacat fisik, tapi dia tak pernah peduli dengan itu semua. Syukurlah.
Hari ini Galih membawaku kesebuah tempat yang sangat special. Suasananya juga sangat special, Galih menyuruhku duduk diatas sebuah kursi, dan dia duduk dihadapanku.
“Dara, maukah kamu memakai cincin ini??”. Galih menunjukkan sebuah cincin dihadapanku. Air mata itu ada lagi. Tah apa maksudnya, tapi kali ini aku bahagia sekali. Ku anggukkan kepalaku tanda setuju, dan Galih pun memasangkan Cincin itu padaku.
“setelah aku wisuda nanti, aku akan langsung cari kerja, dan setelah kamu wisuda, aku akan melamar kamu”. Ucap Galih sambil mencium tanganku.
Aku memang tak sanggup berkata apa-apa lagi, hanya air mata kebahagiaan inilah yang menggambarkan perasaanku saat ini. Galih memelukku dan aku pun menangis dipelukannya.
Kebahagiaan itu tak memilih-milih orang sebagai tempat yang akan ia singgahi. Keyakinan ku dulu terbukti, “Dulu ku tampung air mata kesedihan, dan sekarang saatnya aku tak mampu menahan air mata kebahagiaan.”
PROFIL PENULIS
Nama: Gusrini Diana Safitri.
TTL: Teluk Kuantan, 15 Agustus 1992.
Alamat: Teluk Kuantan, Kuantan Singingi, Riau.
Nama FB: GusRini DiaNa SafiTri.
Email: gusrinidiana.safitri@yahoo.co.id
No HP: 082387007192
TTL: Teluk Kuantan, 15 Agustus 1992.
Alamat: Teluk Kuantan, Kuantan Singingi, Riau.
Nama FB: GusRini DiaNa SafiTri.
Email: gusrinidiana.safitri@yahoo.co.id
No HP: 082387007192
Tidak ada komentar:
Posting Komentar